TENGAH malam lewat sedikit. Kabut tebal menyelimuti kawasan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Cahaya lampu kendaraan hanya mampu menerangi ruas jalan yang sepi sejauh satu meter ke depan. Sesekali para peronda lewat. Selebihnya hanya suara jangkrik bersahutan. Penerangan yang minim membuat daerah itu terasa seram.
N>small 2 small 0<, di salah sudut desa tersebut, tepatnya di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, tempat Candi Kedaton berada, arah jarum jam seakan tiada berarti.
Di area yang berbatasan langsung dengan sawah milik penduduk tersebut, terlihat sebuah kaki bangunan candi, mirip panggung. Terdapat pula area galian sedalam dua meter berliku-liku menyerupai labirin. Area itu merupakan sisa bangunan yang belum jelas bentuknya dan sedang diekskavasi.
Di tengah sisa bangunan itu ada sebuah sumur kuno, tertutup batu besar. Masyarakat setempat menyebutnya Sumur Upas.
Di pos jaga kawasan Candi Kedaton, tiga pria asyik bercakap-cakap sambil mengisap tembakau, mengusir dinginnya malam. "Kami sedang menunggu waktu yang tepat untuk turun. Kata penanggalan, waktu turunnya wangsit sekitar pukul 12.15-03.00 dini hari," ujar Kasedan (60), warga Jombang.
Kasedan bukan sedang meronda saat itu, melainkan berniat untuk tirakatan. Ia tidak sendiri. Ada pula Mohammad Dasyim (50), asal Malang, yang memakai pakaian hitam-hitam. Lengkap dengan sebuah belangkon bertengger di kepala. Kedua pria tersebut telah berniat untuk mendapatkan wangsit di tempat sepi itu.
Di sudut liku-liku galian itu terdapat sebuah ruang bawah tanah berukuran 1 x 1 meter. Di sana mereka akan bersemedi. Kamar kecil tersebut dipercayai sebagai tempat petilasan Damar Wulan, salah satu tokoh Majapahit di dalam babad.
"Di sana Damar Wulan selalu mendapat wangsit. Saya sendiri sudah beberapa kali ke sana. Kalau dapat wangsit, suasana di dalam kamar tersebut seperti di tanah lapang dan ada cahaya bertebaran," demikian Kasedan menceritakan pengalaman spiritualnya.
Tidak mengherankan jika kemudian tempat itu menjadi ramai dikunjungi para mereka yang hobi menyepi. Bokor berisi sisa taburan bunga dan batang hio kerap bertebaran di "lubang" itu.
Yang datang ke sana juga beragam niatnya. Mulai dari enteng jodoh, ngelmu, sampai ingin menjadi kaya. Pengunjung paling ramai pada malam Jumat legi. Dasyim mengatakan, ia kerap bertirakat di tempat spiritual yang bertebaran di Jawa. Akan tetapi, petilasan Damar Wulan termasuk yang sering dikunjunginya dan terbilang istimewa.
Puing-puing peninggalan Majapahit mempunyai daya tarik tersendiri bagi sebagian orang, seperti Dasyim dan rekannya. Seperti tempat lain yang dikeramatkan, di tempat tersebut tumbuh aktivitas di tengah malam, melekan ngarep berkah. Begitu istilahnya. Trowulan yang bekas ibu kota Kerajaan Majapahit itu menjadi begitu istimewa lantaran kebesaran dan kejayaannya di masa lalu. Yang menjadi favorit adalah tempat yang umumnya diduga terkait dengan bekas keraton yang merupakan pusat Kerajaan Majapahit. Padahal, lokasi pasti Keraton Majapahit di Trowulan masih menjadi tanda tanya.
>small 2 small 0< ada dua desa di Trowulan yang namanya sangat menarik, yakni Desa Kedaton dan Desa Sentonorejo, yang diduga terkait erat dengan keberadaan Keraton Majapahit.
Kedaton diduga sebagai Keraton Majapahit mengingat kata Jawa kedaton juga berarti istana. Selain itu, di Desa Kedaton pernah ditemukan umpak dan pasak batu. Pasak batu itu diduga tempat tambatan gajah kendaraan Sang Prabu. Di daerah tersebut juga dipercayai tempat berkumpulnya para leluhur pada zaman Kerajaan Majapahit.
Di Desa Kedaton sekarang dibangun Pendopo Agung oleh Komando Daerah Militer (Kodam) VIII Brawijaya karena di kira bekas Keraton Majapahit.
Prof Dr Slamet Muljana dalam bukunya, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit, mengungkapkan, diduga, Desa Kedaton adalah bekas lapangan yang terbentang di muka benteng barat Keraton Majapahit. Desa Kedaton kemungkinan didirikan setelah keraton musnah.
Sementara pendapat lain yang kebanyakan dianut para arkeolog meyakini kawasan Desa Sentonorejo sebagai bagian lokasi keraton. Sentonorejo diduga adalah perubahan dari kata Santanaraja yang artinya sanak-kadang rajadiraja.
"Berdasarkan penafsiran terhadap kitab Negarakertagama, foto udara, dan ekskavasi, diduga memang letaknya di kawasan Sentonorejo," ujar Kepala Dinas Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Timur Umiyati Nurudin Shuqib.
Dugaan letak keraton di Desa Sentonorejo diperkuat pula dengan temuan situs Sentonorejo. Situs tersebut ditemukan pada tahun 1982 setelah diadakan penelitian didapati peninggalan berupa lantai atau berbentuk ubin segi enam sekitar 1,8 meter di bawah permukaan tanah.
Lantai segi enam ini suatu bentuk yang sangat unik karena belum pernah ditemukan dalam penggalian-penggalian lainnya di situs Trowulan. Biasanya hanya kerakal dan batu bata segi empat.
Diperkirakan susunan lantai kuno ini merupakan peninggalan suatu situs pemukiman kuno yang bercirikan tipe bangunan profan berupa rumah tinggal pada masa Majapahit. Diduga lokasi itu menjadi bagian dari ruang VIP keraton. Lantai segi enam ekskavasi di tahun 1985.
Di kawasan itu juga ditemukan berbagai gerabah yang buatannya sangat halus dibandingkan dengan tempat lain.
Temuan lain yang juga menguatkan adalah adanya situs Candi Kedaton. Candi tersebut terletak di wilayah administrasi Dukuh Kedaton.
Ada beberapa bangunan di sana. Bangunan pertama berada di timur laut (depan pintu masuk) yang merupakan bagian kaki sebuah bangunan. Di depan bangunan tersebut terdapat pula sebuah sumur kuno yang dikenal dengan Sumur Upas. Tidak ada yang berani membuka tutup sumur tersebut lantaran diduga mengeluarkan gas racun (upas). Konon, pernah ada yang nekat mencoba membuka sumur tersebut dan berakhir dengan kematian.
Dilihat dari temuan bentuk struktur, diperkirakan Candi Kedaton ini merupakan kompleks bangunan atau tempat tinggal. Artefak yang pernah ditemukan di sana antara lain fragmen tembikar atau gerabah, arca terakota, arca dari batu andesit, keramik asing, mata uang kepeng, emas, dan kerangka manusia.
Selain itu, di sebelah barat 200 meter dari kompleks Candi Kedaton terdapat peninggalan purbakala berupa umpak-umpak berukuran besar sebanyak dua puluh buah yang tersusun memanjang sejajar dan berorientasi timur-barat.
Slamet Muljana dalam bukunya berupaya menggambarkan keindahan Keraton Majapahit. Ia menuliskan, Keraton Majapahit menghadap ke arah barat. Di muka benteng ada lapangan sangat luas dikelilingi parit berisi air. Digambarkan pula beberapa bangunan kenegaraan, seperti balai agung tempat pertemuan dan balai manguntur atau pendapa agung tempat para pembantu utama menghadap Sang Prabu. Di tengah balai manguntur dilukiskan terdapat rumah kecil dengan takhta tempat duduk raja (balai witana).
Hingga kini, belum dapat dipastikan letak pasti keraton kerajaan tersebut. Bangunan keraton itu diduga terbuat dari kayu sehingga telah lama rusak dan tidak meninggalkan jejak. Misteri Keraton Majapahit pun tetap terjaga. (IPS/LKS)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar