Tampilkan postingan dengan label spiritual. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label spiritual. Tampilkan semua postingan

Kekuatan Doa

Ditulis Oleh Abu Irsyad
Sunday, 12 August 2007

Semua agama mengenal doa. Doa adalah salah satu kebiasaan umat beragama yang sudah menjadi pengangan sehari-hari. Tak ada yang begitu mendarah daging seperti doa, untuk semua jenis agama sekalipun. Hampir semua orang yang kita temui pernah menceritakan pengalamannya tentang kekuatan doa, bagaimananya doanya pernah dikabulkan dan bagaimana doa telah menguatkannya dikala susah.

Apapun warna kulitnya, apapun keturunannya, apapun agamanya, semua orang pasti pernah mengajukan suatu permintaan dan terkabulnya permintaan itu yang dikenal dengan istilah doa. Mungkin ada orang yang berdoa karena membutuhkan uang, dan entah bagaimana caranya tapi ia berhasi mendapatkan uang itu tampak diduga-duganya. Ada seorang wanita yang berdoa untuk meminta makan, kemudian ada yang mengantarkan makanan ke rumahnya. Tetapi sebaliknya tidak kalah drastisnya. Banyak doa yang tak terkabulkan. Orang-orang mati kelaparan, anak kecil yang meninggal dunia meskipun orang tuanya memohon dan berdoa dengan sepenuh hati sepenuh jiwanya.

Kalau ada ilmu yang mempelajari tentang doa, maka akan terungkapkan seribu satu macam kontradiksi, begitu banyak fakta yang menbingungkan dan aneh. Doa yang tak ada artinya dikabulkan, sedangkan permohonan yang sangat penting, tak mendapatkan tanggapan sama sekali. Sakit yang biasa sehari-hari disembuhkan sedangkan doa memohon kesembuhan sesorang yang sangat dicintai tidak didengarkan. Orang yang beriman dan taat akan berkata dengan rendah hati : “Ini adalah kemauan atau takdir Allah” dan ia tak akan berkata dan tak akan bimbang lagi. Tetapi orang yang sudah ma’rifat tak dapat menerima jawaban yang begitu sederhana. Mereka menyadari bahwa dalam doa pun ada hukum-hukum tertentu yang menyebarkan kekuatannya, hukum-hukum yang masih harus ditemukan, diindentifikasikan dan dimengerti.

Marilah kita mulai dengan menganalisa doa seperti yang dialami oleh hampir semua orang di dunia ini. Kata doa itu merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu Adda’a yang berarti memanggil, memohon dan meminta. Kata doa itu dipakai untuk mencakup pelbagai kegiatan dari kesadaran kita. Karena itu doa tidak dapat diteliti seakan-akan merupakan satu jenis kegiatan yang sama semuanya.

Ada doa yang khusus memohon bantuan untuk suatu keperluan fisik atau materi. Kalau kita jelaskan dengan apa yang tampak di dunia ini, maka doa ini bisa disamakan dengan suatu permohonan yang diajukan oleh seseorang pada orang lain yang lebih tinggi kedudukannya dan mempunyai posisi dan kemungkinan untuk mengabulkan permohonan itu. Dalam hal ini terkandung pengertian bahwa orang yang akan mengabulkan permohonan itu sedikit banyak harus mengurbankan diri atau berusaha, mengurbankan tenaga atau pun juga, sedikit atau pun banyak untuk memenuhi permintaan yang diajukan kepadanya.

Perhatikan lagi bahwa doa disini didefinisikan sebagai permohonan kepada sesorang yang mempunyai posisi untuk mengabulkannya. Kita tidak menyebutkan bahwa doa adalah suatu petisi yang diajukan kepada Allah. Meskipun mungkin demikian, tetapi tak selalu harus demikian. Sejujurnya kita harus mengakui bahwa doa yang diucapkan di dunia ini sebagian besar meminta bantuan fisik ataupun materi. Karena itu sesungguhnya doa tidak secara langsung ditujukan kepada Allah.

Orang biasanya masih tahu diri dan merasa diri tak berhak memohon materi pada Yang Maha Kuasa itu. Lagi pula ajaran agama sejak dulu kala telah mengajar manusia takut pada Allah, sehingga hubungan batin antara manusia dan Allah tidak seakrab hubungan manusia sesama manusia. Allah menjadi sesuatu yang jauh dan dingin, tak terjangkau dan tak terasakan dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Allah seakan-akan seseorang yang berkuasa dan yang tinggi kedudukannya, seorang presiden direktur atau pemilik perusahaan yang maha besar, mungkin juga pemimpin suatu bank yang ternama. Karena itu kebanyakan orang merasa dirinya tak sanggup berdoa langsung kepada Allah, mereka tak yakin bahwa doa itu bisa sampai dan akan didengarkan oleh Allah.

Doanya mereka arahkan kepada sesuatu ataupun orang lain yang lebih dekat jangkauannya, yang terasa lebih akrab dan memahami kesulitan dan penderitaan mereka. Mereka mencari orang atau makhluk lain yang lebih toleran dan dapat memahami kelemahan manusia dibalik petisi yang diajukan itu.

Sejauh ingatan manusia, para nelayan selalu berdoa kepada lautan atau pada sesuatu lain yang dianggapnya seakan-akan Raja lautan. Mereka berdoa memohon keselamatan dan perjalanan yang aman dan cepat dan tampak kesulitan apa-apa, mereka berdoa memohon ikan, mereka berdoa akan terlindung dari badai dan topan. Mereka juga berdoa kepada Sang Angin dan kepada Aeolus Raja Angin.Atau para nelayan yang berada dipesisir selatan berdoa kepada Nyi Roro Kidul agar diberikan kemudahan dalam menangkap ikan. Para nelayan mengurbankan atau mengirim berbagai persembahan kepada Penguasa Laut Selatan. Mereka menyebut acara tersebut dengan nama Labuh Saji. Biasanya setelah acara itu dilaksanakan,mereka mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Sehingga mereka percaya bahwa dengan memohon kepada Penguasa Laut Kidul itu, maka hasil tangkapan ikan melimpah. Fakta ini bukan menjadi persoalan dan bukan apa yang akan kita singgung dalam pembahasan ini. Tetapi makalah ini ingin mencoba menjelaskan bahwa tindakan yang mereka lakukan itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati dan dengan kepercayaan serta keyakinan, suatu bentuk doa yang sejati.

Contoh tersebut dikemukakan, karena merupakan contoh yang khas, yang sudah mendarah daging pada masyarakat kita. Kadang-kadang kurban dipersembahkan, kadang-kadang pula tidak. Sehingga timbul pertanyaan : Apakah doa-doa tersebut dipersembahkan kepada bentuk suatu intelegensia? Ataukah hanya merupakan suatu alat saja untuk memusatkan perhatian pada tujuan yang dikehendaki tampak menyadari bahwa dengan pemusatan perhatian itu ada mekanisme mental tertentu yang terangsang dan bekerja secara otomatis? Coba pikirkan dan pertimbangkan kemungkinan ini.

Pada agama-agama tertentu doa ditujukan kepada orang suci dari pada Tuhan sendiri. Pernah terjadi seorang pemuka agama yang tak bermoral sengaja mendorong dan merangsang kecenderungan ini dengan demikian menambah jumlah doa, jumlah kuban, jumlah prestise dan jumlah pendapatannya sendiri. Sejarah telah mengungkapkan bagaimana para imam-imam Mesir telah mendorong umatnya untuk kembali pada dewa-dewa kuno sesudah Amenhotep memproklamasikan adanya satu Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian mereka akan memperoleh kekuasannya kembali. Tetapi ini bukan suatu alat politis saja untuk mendapatkan kekuasaan, tetapi juga merupakan usaha untuk mendapatkan lebih banyak orang. Kalau Dewa atau Tuhannya diperbanyak, dengan sendirinya jumlah kurban yang dipersembahkan akan menigkat juga. Sekarang ini di India dan Tiongkok orang berdoa pada Buddha, di Rusia orang berdoa pada Santo Sergius, di Italia orang berdoa pada Santo Anthony dan semua orang Kristen berdoa pada keluarga Kudus, Yesus, Santo Yosep dan Bunda Maria.

Di sebagian besar negara-negara yang menganut agama Islam biasanya berdoa kepada Nabi Muhammad SAW dan juga kepada para Waliyullah. Sesungguhnya ada beratus-ratus lain lagi, yang menjadi tumpuan doa manusia di dunia ini. Segala bentuk permohonan dan doa diajukan dengan ketulusan hati, dengan mengharapkan bahwa mereka ini akan memahami keadilan dan kebenaran permintaan tersebut, bersimpati dan memahami motivasi ia yang sudah berdoa dan akan mempergunakan kekuatan atau pengaruhnya untuk membantu nmenyediakan keuntungan materi yang diminta itu.

Jadi sudah jelas bahwa bentuk doa yang paling umum, yaitu doa meminta materi ada yang memang langsung ditujukan kepada Tuhan, tetapi lebih banyak doa ditujukan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap mempunyai posisi untuk mengabulkan permohonan itu, dan bisa dibujuk untuk melakukannya..

Kalau kita melihat jauh kedalam hati dan batin orang-orang tersebut kita akan menyadari bahwa doa itu seringkali bersifat kekanak-kanakan sekali. Mungkin dapat kita raba sedikit mengapa ada doa yang dikabulkan dan ada doa yang tak pernah dikabulkan. Doa itu bagaikan anak-anak yang meminta sesuatu pada orang tunya, sesuatu yang betul-betul mereka inginkan. Kadang-kadang mereka mendapatkan apa yang mereka minta, kadang-kadang juga tidak. Tetapi anak-anak itu tak pernah menyadari sepenuhnya mengapa? Anak-anak itu tak mempunyai pengertian dan keberanian yang cukup untuk berusaha mencari dan mendapatkan sendiri apa yang mereka harapkan itu.

KETUKLAH PINTU GUDANG PERSEDIAAN UNIVERSAL

Salah satu tujuan ajaran Ma’rifatullah adalah: mengajarkan manusia untuk mengangkat dirinya sendiri, keluar dari segala ketergantungan yang kekanak-kanakan itu. Mengajarkan mereka untuk mempergunakan hukum sunatullah itu dengan tenaga dan kemampuan diri sendiri. Murid-muridnya dilatih berkonsentrasi, memusatkan perhatian pada suatu objek tertentu dan tetap mempertahankan perhatian itu. Daya ingatan mereka dilatih dan diusahakan sedapat mungkin membuang segala hambatan dan ide-ide yang salah yang sudah mendarah daging pada diri mereka. Murid-murid ini ajari untuk mengajukan permohonan materi pada Sang Maha Kosmik atau Alam Ketuhanan. Gudang persediaan yang besar sekali. Diajarkan teknik-teknik tertentu yang kalau digunakan dengan cara yang baik akan berhasil mengetuk pintu gudang persediaan yang universal ini. Murid-murid ini diajari bersikap sebagai seorang dewasa menghadapi problema kebutuhan dan persediaan, diberi petunjuk tentang metode doa permuhonan materi yang praktis. Kalau seluruh hakekat problema itu sudah dipahami sedalam-dalamnya maka problema itu dapat diselesaikan dengan baik dan memuaskan.

Metode yang diajarkan itu bukan untung-untungan, lempar saja, siap tahu akan kena. Asalkan permohonan itu tidak terlalu egoistis, atau setidak-tidaknya agak egoistis saja, dan apa bila dikabulkan tidak menggangu atau merugikan orang lain, maka permohonan ini bisa mencapai bidang materi yang diharapkan. Teknik ini akan dibahas dalam makalah ini dalam bentuk sederhana.

PERMINTAAN AKAN TERANG

Dalam dunia kema’rifatan konsep doa yang lebih tinggi tarafnya, yaitu berdoa mengharapkan terang, mengharapkan instruksi dan penerangan yang dapat membantunya mempererat hubungannya dengan Allah Sang Maha Cahaya. Ini adalah aspirasi, dan selalu ditujukan pada Allah sendiri, atau kepada sesuatu bentuk Yang Maha, Maha segala-galanya. Hal ini diisyaratkan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW :

“Ya Allah jadikanlah Cahaya dalam qalbuku, Chaya dalam kuburku, Cahaya dalam pendengaranku, Cahaya dalam penglihatanku, Cahaya dalam rambutku, Cahaya dalam kulitku, Cahaya dalam dagingku, Cahaya dalam darahku, dan Cahaya dalam tulang-tulangku. Dan Cahaya dihadapanku, Cahaya dibelakangku, Cahaya di sebelah kananku, Cahaya disebelah kiriku, Cahaya diatasku dan Cahaya dibawahku. Ya Allah, tambahkanlah Cahaya kepadaku, berikanlah Cahaya kepadaku dan jadikanlah Cahaya bagiku dan jadikanlah diriku Cahaya”. ( HR Bukhori & Muslim )

Permohonan akan Terang atau Cahaya juga difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an, yaitu :
“ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami Cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui Segala sesuatu “. ( QS At-Tahrim 66 : 8 )

Banyak orang yang sudah ma’rifatullah berdoa dengan cara ini. Setiap manusia pernah merasakan keinginan, atau kerinduan akan aspirasi, dengan tingkatan pengertian yang berbeda-beda, pada saat dan peristiwa yang berbeda-beda pula. Ada yang memohon bantuan menyelesaikan persoalan moral atau spritual, ada yang memohon dibantu meningkatkan pertumbuhan spritualnya, ada yang memohon dilindungi dan dikuatkan dalam menghadapi godaan, ada yang memohon kebijaksanaan dan demikian seterusnya. Semua ini terus terdengar setiap saat di seluruh dunia bagaikan suatu chorus yang bisa disebutkan sebagai: “doa permohonan dari humanitas”.

Aspirasi inilah, permohonan bantuan spiritual yang tulus, yang akan menghasilkan respons dari Yang Maha Tinggi, dalam bentuk pengajaran yang berupa Wahyu dan Petunjuk. Semakin keras dan semakin kuat teriakan kemanusiaan ini bergema, semakin banyaklah petunjuk dan ungkapan spiritual yang merupakan salah satu wadah yang membantu menyalurkan petunjuk dan bimbingan sebagai respons dari hati dan jiwa yang dengan tulus memohon aspirasi, ribuan orang, jutaan orang diaman pun di dunia ini.

MEDITASI / TAFAKUR – PENYESUAIAN DENGAN ELEMEN-ELEMEN YANG LEBIH TINGGI.

Bentuk ketiga dari doa disebut meditasi atau tafakur. Dengan perantaraan meditasi atau tafakur ini para murid mencari persesuaian nada dengan elemen-elemen dirinya sendiri yang jauh lebih tinggi. Meditasi sesungguhnya juga merupakan doa, doa permohonan meminta bantuan dan petunjuk, sama dengan bentuk pertama dari doa yang kita bahas sebelum ini. Tetapi ada satu perbedaan yang utama. Pada meditasi bantuan yang diminta biasanya tidak ditujukan untuk dirinya sendiri. Kalaupun ia berdoa untuk dirinya sendiri, maka permohonan itu hanyalah permohonan untuk mendapatkan kekuatan atau kebijaksanaan, keahlian sedemikain rupa sehingga ia dapat membantu orang lain, sesama manusia.
Kita bisa memperoleh apa saja yang kita inginkan dalam hidup ini

Sekarang kita sudah mengetahui ketiga jenis doa yang dipanjatkan oleh 99 persen manusia di muka bumi ini. Bukanlah wewenang kita untuk menilai dan menentukan kualitas doa-doa itu dan menentukan doa itu baik atau buruk. Tetapi semua doa itu mempunyai satu elemen yang sama : Semuanya ditujukan kepada yang lain, memohon bantuan. Dengan kata lain: ia yang berdoa mengakui bahwa ia sendiri tak mampu melakukannya. Disinilah letak kesalahan yang utama. Sesungguhnya tak ada yang tak mungkin kita dapatkan, tak ada yang tak mungkin kita lakukan. Terserah pada kita untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk mendapatkannya, lalu berkemampuan keras dan teguh untuk berusaha mendapatkannya sampai akhirnya memang berhasil kita dapatkan. Marilah kita bahas konsep doa menurut pandangan orang-orang yang sudah ma’rifatullah.

Untuk memahami doa yang sesungguhnya merupakan suatu kreasi mental, maka kita harus menyadari lebih dahulu bahwa doa itu merupakan proses yang ilmiah. Doa hanya bisa dilakukan kalau semua elemen-elemennya memang disediakan sebagaimana seharusnya. Kalau sampai doa itu gagal, maka berarti satu atau beberapa elemen masih kurang. Mungkin juga prosesnya sendiri yang kurang memenuhi syarat. Dapat diambil contoh misalkan seseorang yang ingin membuat kue. Untuk membuat kue yang baik kita memerlukan tepung dan air, susu dan beberapa butir telur, ditambah mentega dan penyedap. Kalau kita sudah menyediakan bahan-bahan tersebut bukan berarti kita sudah mempunyai kue. Kalau kita sendiri tidak tahu caranya mengolah bahan-bahan itu maka tak akan terbentuk suatu kue. Misalkan kita sudah tahu bagaimana caranya mencampur semua bahan-bahan tersebut dengan perbandingan dan urutan yang tepat. Sekarang adonan itu harus dibakar. Pada saat itu panas yang memegang peranan. Panasnya harus tepat dan lamanya memanaskan pun harus tepat pula. Kalau terlalu panas, kuenya gosong. Kalau kurang panas, kue tak dapat berkembang. Jadi bahan saja belum berarti apa-apa. Dibutuhkan juga pengetahuan yang cukup dan keahlian yang mahir.

Doa seorang yang sudah ma’rifatullah tak kalah kompleksnya. Tetapi kalau kita sudah tahu bagaimana caranya, sesungguhnya hal itu mudah saja. Sesederhana kompleksnya pada pandangan pertama. Tetapi sayangnya tak semua orang berhasil menguasainya. Kalau kita belajar masak kue dan ikut membantu mengocok telur dan mencampur bahan, maka sebentar saja kita sudah akan menguasai teknik memasak kue tanpa melupakan sesuatu bahan atau melewati suatu prosedur. Tetapi kalau kita menghadapi bahan pikiran yang harus disaring dan energi psykhis yang harus dipakai untuk membakar kue itu, maka prosedurnya tampak jauh lebih kompleks dan sulit. Tetapi sekali lagi yang perlu ditekankan, prosedur itu tidak sulit, sungguh-sungguh tidak sulit. Kalau kita sudah menguasainya, maka sama sederhananya, bagaikan orang yang berenang ataupun bersepeda. Bukankah prosedur itu merupakan suatu keajaiban tersendiri bagi mereka yang belum bisa? Mula-mula akan dijelaskan apa saja yang kita butuhkan untuk berdoa, dan sesudahnya akan diceritakan apa yang tak boleh dilakukan. Karena itulah kenyataannya, banyak hal-hal yang dilarang, yang tak boleh dilakukan.

DOA ADALAH VISUALISASI YANG KREATIF.

“ Apabila Rasulullah berdoa, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya “ Di dalam riwayat lain disebutkan, “Beliau menyuruh para sahabatnya untuk melkukan hal itu dan menganjurkannya “ ( HR Ibnu Majah )

“ Sebutkan petunjukmu sebagai petunjuk jalan dan kelurusan sebagai kelurusan tujuan, karena keterkabulan mengikuti penggambaran. Maka barang siapa yang penggambarannya paling baik kepada Al Haq, doanya akan terkabul “ ( HR Muslim )

“ Keabsahan penggambaran mengikuti ilmu yang benar dan kesaksian ( syuhud) yang sahih. Karena itu Rasulullah SAW bersabda “ Kalau kamu mengenal Allah, niscaya doamu dapat menggerakkan gunung “. ( HR Ibnu As Sunni )

Doa sering juga disebut visualisasi yang kreatip. Semua orang sering, atau setidak-tidaknya pernah memvisualisasi sesuatu, beberapa kali sehari. Ada yang lebih sering, ada yang lebih jelas, ada yang kurang, ada yang samar-samar. Rachmaninoff seorang pianis terkenal, pernah mengatakan bahwa sebelum main di panggung setiap nomor yang harus dimainkannya itu sudah dimainkannya dalam pikiran malam sebelumnya. Ia bisa mendengar setiap not dan tahu dimana setiap jari harus dihentakkan tanpa ada piano atau balok not didepannya. Ini merupakan visualisasi yang luar biasa, teliti dan jelas. Untuk bisa melakukannya dibutuhkan konsentrasi. Hasilnya sungguh-sungguh tak ternilai harganya.

Seorang arsitek yang baik sudah membayangkan rumah yang sedang direncanakannya sebelum ia mulai menggambar segarispun. Setiap kloset, setiap tangga sudah ditempatkan dalam visualisasinya itu, padahal gambarannya juga belum digambar. Tenaga-tenaga profesional, pemusik, arsitek dan perencana lainnya, semuanya pandai membayangkan sesuatu, memvisualisasikan sesuatu didalam pikirannya. Tetapi visualisasi itu terbentuk karena sesuatu kebutuhan, baik emosional ataupun fisik yang memang sudah nyata mereka hadapi. Arsitek akan diberi upah, pemusik sedang menghadapi konser, pengusaha harus menjual barangnya. Yang harus kita pelajari adalah memvisualisasikan sesuatu tanpa ada sesuatu kebutuhan yang memaksamu untuk mengambil tindakan.

Visualisasi tidak mengandung rahasia apapun. Semua orang mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Tetapi kita harus belajar membayangkan sesuatu sedemikian rupa sehingga apa yang kita bayangkan itu cenderung membentuk dirinya sendiri, memperlihatkan diri baik sebegai objek ataupun sebagai peristiwa dalam dunia fisik. Bagi seorang pemusik atau seorang arsitek, prosedur ini sudah merupakan prosedur sehari-hari. Yang satu sedang memainkan piano concerto dan yang lain sedang mendisain rumah. Tetapi kalau kita tak memiliki piano dan tak memiliki meja gambar,dan juga belum memilki keahlian untuk mempergunakannya maka mau tak mau kita harus mencari metode lain. Tekniknya sederhana sekali dan dapat gunakan untuk memecahkan pelbagai macam persoalan.

Tetapi sebelum kita berusaha menguasai proses ini sebaiknya kita mendalami lebih dahulu hukum-hukum yang ada kaitannya dengan proses itu sendiri. Pertama-tama kita harus tahu dengan jelas dan tepat apa sebetulnya yang akan kita manifestasikan. Kinginan kita tidak bisa menjangkau pelbagai kebutuhan sekaligus. Cari dulu kebutuhan yang paling utama, lalu objek yang primer ini kita manifestasikan lebih dahulu, diberi suatu eksistensi fisik. Kalau ini sudah berhasil baru kita melanjutkan proses dengan objek yang berikutnya.

Pikiran semua orang selalu dipenuhi oleh pelbagai pikiran yang tak ada kaitannya satu dengan yang lainnya, tak teratur dan jerat menjerat. Jadi pikiran ini kita bereskan terlebih dahulu, jernihkan pikiran itu sedemikian rupa sehingga hanya ada satu pikiran saja yang dominan, pikiran tentang apa yang kita butuhkan Sekarang kita sudah mempersiapkan diri dan sudah bisa mulai memvisualisasi. Cari dahulu tempat dimana kita tak akan terganggu oleh dunia luar, untuk tiga puluh menit berturut-turut. Memang visualisasinya sendiri tidak memakan waktu begitu lama, tetapi mungkin kita masih membutuhkan banyak waktu untuk menjernihkan dan mengosongkan pikiran dan menenangkan pikiran.

Kalau kita sudah memilih tempat yang sesuai, mulailah dengan rileks. Berusahalah dengan sadar merilekskan fisik. Rilekskan dahulu jari-jari kaki, kemudian bagian tumit, naik lagi ke betis, lutut, otot-otot paha, otot-otot wajah dan otot-otot sekitar mata, otot-otot sekitar telinga dan otot-otot kepala. Semua ini membutuhkan waktu sekitar tiga-empat menit. Sesudah rileks kita akan merasa tenang, dan tenang sekali.

Sekarang tibalah saatnya untuk mengalihkan perhatian ke pikiran. Memang sulit sekali bagi seorang awam untuk memperlambat jalannya pikiran dan menghentikannya begitu saja. Karena itu kita perlu mencari alat bantu. Tutuplah matamu dan melihatlah dengan mata pikiranmu. Apa yang terlihat? Suatu layar yang putih dan polos, bagaikan layar bioskop. Lihat bagaimana layar itu memenuhi seluruh ruang, warnanya putih terang. Sekarang secara sadar dan berhati-hati cobalah melihat dalam kesadaran pikiran gambaran dari apa yang memang ingin di manifestasikan. Lihatlah gambaran itu seakan-akan bendanya memang ada didepan kita. Untuk ini dibutuhkan: tujuan yang tunggal, imajinasi yang baik dan kemampuan berkonsentrasi. Semua ini tak akan datang begitu saja, itu sudah pasti. Tetapi kalau kita rajin berlatih, semakin lama semakin jelaslah apa yang kita inginkan itu.

Semua orang yang hidup, baik lelaki maupun wanita mempunyai kemampuan untuk menciptakan dalam bidang material. Tapi untuk dapat mencipta, kitan harus mau dan dapat mempergunakan alat-alat yang sudah disediakan. Yang pertama adalah kemampuan untuk memvisualisasi dan kedua adalah imajinasi. Kedua alat ini harus bekerja sama. Imajinasi harus menyediakan gambaran-gambaran, mungkin hasil rekoleksi atau ide-ide yang menciptakan kreasi baru. Gambaran-gambaran ini kemudian dilemparkan ke atas layar yang sudah tersedia, yaitu layar kesadaran kita dan tetap dipertahankan di situ. Visualisasi ini harus mempunyai daya tahan, kalau memang ingin terproyeksikan keluar dalam dunia dan peristiwa fisik. Semakin lama kita mampu menahan gambar itu semakin cepat gambar itu akan memanifestasikan dirinya. Disinilah alat ketiga harus digunakan yaitu kemampuan untuk berkonsentrasi.

Kita bisa berhenti sampai disini dan mengatakan: “sudah, hanya itu”. Dan kita memang tidak salah. Kita sudah memiliki semua bahan-bahan dasar yang kita perlukan. Tapi kita tahu bahwa masih banyak pertanyaan menanti, pertanyaan yang belum terjawabkan. Kita akan mencoba memperincinya lebih lanjut.

Bagi beberapa orang teknik ini tampaknya terlalu sederhana. Ada lagi yang lain yang tidak percaya teknik seperti ini akan berhasil. Dengan demikian sukses sudah dimatikan sebelum mempunyai kesempatan untuk berkembang. Karena tanpa kepercayaan memang tak akan tercapai apa-apa. Kepercayaan yang teguh bahwa apa yang akan kita visualisasikan itu benar-benar akan termanifestasikan, ini adalah dasar dari seluruh proses yang diajarkan. Ada lagi yang menganggapnya sebagai suatu proses yang sederhana sekali. Mereka kurang serius dan kurang hati-hati, sehingga segalanya hanya setengah-setengah saja. Seakan-akan mencampurkan semua bahan kue dalam satu loyang tapi tak berusaha mencampurnya dengan baik-baik. Ada yang mengalami kesulitan untuk memvisualisir sesuatu, ada pula yang sulit berkonsentrasi. Jadi nyatanya doa ini sungguh tidak mudah. Tetapi kita dapat menguasainya asalkan kita rajin berlatih, berlatih dengan teratur. Tetapi di dunia ini tak ada satu keahlianpun yang bisa dikuasai dengan sempurna tanpa latihan yang teratur dan rajin.

APA YANG KITA VISUALISASIKAN AKAN MENJADI FAKTA MATERI

Ada beberapa detail penting yang masih harus ditambahkan lagi. Contoh: kalau misalnya tujuan kita adalah perjanjian usaha yang penting atau pembukaan usaha baru, maka cobalah membentuk gambar pada saat transaksi itu akan dilaksanakan. Dengan mempertahankan gambaran itu selama 2 atau 3 menit setiap kali, terlihat terang serta kuat sekali dalam pikiranmu sendiri, maka sesungguhnya engkau sedang menciptakan situasi yang sama dalam keadaan yang nyata. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa situasi yang kita kehendaki itu merupakan situasi yang berkaitan dengan dunia materi. Untuk merubahnya menjadi suatu materi diperlukan energi. Semakin besar perbedaannya semakin besar energi yang diperlukan. Suatu manifestasi yang sederhana mungkin merupakan hasil dari satu meditasi/tafakur yang kreatif. Proyek yang besar mungkin memerlukan meditasi sampai seratus kali. Disini berlaku juga hukum fisik sebagaimana juga seluruh alam semesta ini
.
Menciptakan suatu gambaran bisa mempergunakan berbagai macam teknik. Kita bisa membayangkan diri sendiri sebagai seorang seniman dan layar pikiran adalah kanvasnya. Sekarang gambarlah sesuka hati, dengan warna bercorak ragam apa yang terkandung dalam hati kita. Pergunakanlah seluruh imajinasi, berilah gambar itu suara dan bebauan. Kalau gambaran itu berada di luar ruangan, jangan lupa rasa panas matahari dan hembusan angin yang sejuk. Jadikanlah gambaran itu suatu yang riel, suatu yang sungguh-sungguh ada.
Pada akhir setiap periode visualisasi, putarlah gambaran itu kedalam, proses ini hampir sama dengan proses menelan. Tetapi disini kita tak mempergunakan kerongkongan untuk menelan, tetapi mempergunakan pikiran kita. Lalu lupakan sama sekali. Jangan biarkan pikiran kita kembali lagi menguak-nguak apa yang telah kita lukiskan tadi dan jangan biarkan bayangan lukisan itu mengembara ke dalam imajinasi kita. Ini penting sekali. Kalau kita tetap mempertahankan lukisan itu seakan-akan mengikatnya dengan mental kita sendiri, maka energi yang tersimpan akan terkikis habis, energi yang diperlukan untuk memanifestasikan lukisan tersebut.

Dengan memvisualisasikan objek yang kita inginkan itu secara teratur, berulang kali, maka secara tak langsung kita telah merangsang energi. Sekarang energi itu mulai bekerja. Tetapi kita sendiri harus membantu sedapat mungkin agar lukisan itu termanifestasikan dalam kehidupan yang nyata di dunia ini. Jangan duduk tenang-tenang seakan-akan hendak menantang: “Coba sekarang, manifestasikan dirimu” bantulah sedapat mungkin. Lebih mudah masuk melalui pintu yang terbuka dari pada harus menerobos pintu yang tertutup. Ingat, kita sendiri juga harus yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang kita inginkan itu memang baik dan patut dicita-citakan dan bahwa keinginanmu itu tidak akan merugikan orang lain. Ini bukan persoalan. Allah yang akan bertindak melawan segala perbuatan yang jahat dan berlawanan dengan keinginan-Nya. Memang tampaknya demikian, tetapi sesungguhnya suara hati nuranimulah yang memegang peranan. Suara hati nurani yang merasa diri bersalah akan memutuskan aliran energi. Hanya orang yang betul-betul jahat dan belum berkembang kepribadiannya sajalah yang mempunyai kemampuan untuk melawan suara hati nurani dan hambatan mental ini.

Dalam hal ini kita diperingatkan agar jangan sampai kita merencanakan sesuatu dengan gegabah. Ingat cerita jin dalam botol yang akan mengabulkan tiga buah permintaan, dan ketiga-tiganya gagal total. Setiap orang mempunyai kemungkinan yang luas sekali jangkauannya dan kreasi mental kita sendiri tetap bahagia dan sukses kalau memang sesuai dengan batas-batas nilai-nilai tertentu. Mungkin bagi kita tak ada yang tak mungkin. Memang dalam zaman sekarang ini apa yang di katakan itu hampir benar. Tetapi ini bukan berarti bahwa tak ada yang tak mungkin bagi kita. Setiap orang mempunyai limitnya sendiri. Misalkan saja tiba-tiba kita mempunyai keinginan untuk menjejakkan kaki di bulan. Kita tahu ini memang bukan merupakan sesuatu angan-angan yang tak mungkin terjadi. Tetapi bagi kita itu tak mungkin terjadi. Bukankah kita hanya akan membuang-buang energi hanya utuk memuaskan suatu keinginan yang tak mungkin tercapai ?

Ada sebuah contoh, apa akibatnya kalau hukum kreasi tidak digunakan sebagaimana semestinya. Ini adalah contoh buat kita semua : Ada seorang pekerja pabrik yang ingin mempergunakan hukum kreasi ini untuk mendapatkan uang sebesar 50.000.000 rupiah. Ia mulai memvisualisasikan apa yang diinginkannya itu setiap hari, sampai berbulan-bulan. Makin lama gambaran itu semakin jelas. Tetapi hanya itulah usahanya, ia tak berusaha melakukan tindakan apapun, tak berusaha bekerja lebih keras atau mencari akal untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Suatu hari ia tergelincir dan jatuh di atas mesin sedemikian rupa sehingga kakinya hancur. Untung sesudah dioperasi ia masih dapat berjalan memakai sepatu khusus, tetapi kakinya mulai dari pergelangan kaki telah diamputir. Perusahaan itulah yang membayar rumah sakit, membayar gaji penuh selama ia dirawat dan memperlakukannya dengan baik. Waktu ia kembali kerja ia dipanggil menghadap pimpinan ditawari uang sebanyak 50.000.000 rupiah asalkan ia tak akan menuntut lagi perusahaan itu.

Sembah Catur

Samengko ingsun tutur,
Sembah catur supaya lumuntur,
Dihin raga, cipta, jiwa, rasa kaki,
Ingkono lamun tinemu
Tanda nugrahing Manon,
---oOo---

Anakku, saat ini akan saya ceritakan mengenai adanya empat sembah, barangkali dapat bermanfaat bagi ananda. Yang pertama adalah sembah raga, lalu sembah jiwa, sembah cipta dan sembah rasa, buah hatiku. Apalagi empat sembah ini sudah engkau lalui, barangkali engkau dapat meraih anugrah dari Hyang Kuasa.

=== Sembah Catur ===

Sembah ini dapat engkau gunakan baik untuk bekerja mengarungi kehidupan, olah bathin ataupun kesaktian raga. Tapi saat ini, baiklah aku akan ulas dengan sepintas keempat sembah tersebut dengan analogi "kerja".

Inti dari sembah raga adalah disiplin - sarengat anakku. Engkau disiplin dalam belajar, lalu setelah tamat belajar, engkau mungkin beberapa kali pindah tempat kerja. Kesemuanya itu kuncinya adalah disiplin diri.

Suatu saat, engkau harus memilih jalan atau profesi apa yang engkau tekuni. Ibarat dokter umum yang mempelajari segalanya dan mengobati berbagai macam penyakit - makin dewasa - engkau harus makin memilih jalan spesialis apa yang engkau akan ambil - bisa diibaratkan itu tarekat.

Kalau engkau telah memilih jalan pekerjaan ... dan engkau terus-menerus melakukan pekerjaan yang sama dengan berbagai variasinya, maka disana engkau akan menemukan "hakikat" serta dapat menjiwai pekerjaanmu. Dan jika hakikat tersebut engkau hujamkan terus ke dalam kalbu, disertai cinta kasih terhadap sesama ... maka "rasa" dalam dirimu akan tumbuh - dalam "rasa" engkau akan merasakan kehadiran dan kebesaran Sang Kuasa.

Dengan urutan-urutan itu, disiplin kerja, memilih profesi yang tepat, menekuni profesi dengan hati lalu menyimpan pengetahuan ke dalam "rasa" bathin, mudah-mudahan anugrah dari Gusti Allah dapat engkau terima, anakku.

Semoga Bermanfaat.

Salam Hormat,
Ki Jero Martani

Artadaya - Ilmu Penakluk Jagat Raya

Samengko ingsun tutur, Sembah catur supaya lumuntur, Dhihin: raga, cipta, jiwa, rasa, kaki, Ing kono lamun tinemu, Tandha nugrahaning manon [Serat Wedhatama, Gambuh]

Anakku Ki Butalocaya, saat ini saya ingin bercerita tentang empat sembah, dengan harapan dapat engkau tahu, pahami, laksanakan dan manfaatkan, lalu disebarkan, untuk membuat dunia ini menjadi rahayu. Sembah Catur, yang pertama adalah sembah raga, lalu sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa. Jika engkau laksanakan ke empat sembah ini secara bertahap, niscaya engkau akan mendapatkan anugerah dari Hyang Manon. Untuk kesempatan ini, kucoba menerangkan sembah terakhir yaitu sembah rasa.

Rasa dan kekuatan bathin dalam hidup, bukan berasal dari jasmani atau pikiran. Rasa sesungguhnya berasal dari roh ilafi. Rasa bathin dalam hidup, berasal dari roh ilafi – atman – jiwa alam semesta. Orang-orang yang yang mampu menunjukkan kekuatan yang menakjubkan di dunia ini, adalah mereka yang sudah mampu mendaya gunakan roh ilafi tersebut. Kekuatan ruh ilafi pada diri sesorang, akan mempesonakan jutaan jiwa manusia. Akan tetapi, ingatlah anakku, perjalananmu masih panjang, jangan tergoda untuk menaklukkan jiwa orang lain. Berilah selalu pencerahan dan semangat untuk memberdayakan, bukan menguasai kehidupan manusia lainnya.

Gunung luhure kagiri-giri, segara agung datanpa sama,
Pan sampun kawruhan reke, artadaya puniku,
Data kena cinakreng budi, anging kang sampun prapta,
Ing kuwasanipun, angadeg tengahing jagad
Wetan kulon lor kidul ngandhap myang nginggil, kapurba wisesa

Bumi sagara gunung myang kali, Sagunging kang isining bawana
Kasor ing artadaya, Sagara sat kang gunung
Guntur sirna guwa samya nir, Sing awruh artadaya
Dadya awruh artadaya, Dadya teguh timbul
Lan dadi paliyasing prang, ,Yen lulungan kan kapapag, wedi asih
Saro galak suminggah

Gunung yang luar biasa tinggi, lautan pasang tiada tara, semua itu sudah diketahui. Sedangkan artadaya itu, tak dapat dibayangkan oleh pikiran. Tetapi, bagi yang sudah mencapai kekuasaannya. Berdiri di tengah jagad, timur, barat, utara, selatan, bawah, dan atas, semuanya ada itu berada dalam kekuasaanya.

Bumi lautan, gunung dan sungai. Semua yang menjadi isi dunia. Takluk pada artadaya. Lautan kering, gunung dan guntur sirna. Gua menjadi hilang. Barangsiapa mengetahui artadayanya, akan menjadi orang yang kuat tanpa tanding. Menjadi pencegah perang, bila bepergian, yang bertemu merasa segan dan timbul kasihnya.

[Kidung Dharmawedha]

Engkau tak bisa memprediksi kekuatan artadaya hanya berdasarkan logika-akal-pikiran. Tak bisa dengan rasio. Tak terbandingkan. Apa yang disebut sebagai mukjizat, karomah, maunah dan istijrat, semuanya adalah wujud dari kekuatan artadaya. Secara hakikat, memang daya dan kekuatan itu semata-mata kepunyaan Allah. Tapi, dalam kenyatannya daya dan kekuatan itu dihadirkan oleh Tuhan pada artadaya yang ditempatkan pada setiap orang.

Jika engkau tenggelam dalam meditasi dan merenungkan hidupnya, seseorang telah mampu menembus para Roh Ilafi dan artadaya, maka dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang sudah mencapai artadaya-nya. Mereka memiliki mukjizat. Dan kekuatannya tak tertandingi. Mereka memiliki kharisma yang mampu mencegah terjadinya perang.

Tekunlah kau agar artadaya-mu dapat engkau capai. Kalau artadaya itu tercapai, engkau dapat dengan sengaja menghilang, kebal, menciptakan emas dari tanganmu, bahkan engkau mampu memerintahkan gunung meletus atau luapan samudera. Itu sebagai tanda bahwa engkau sudah mampu memberdayakan Roh Ilafi-mu. Akan tetapi ingatlah jangan engkau pergunakan itu, kecuali dan hanya kecuali, kau sudah mendapat bimbingan dari Sang Paramaatma. Bimbingan langsung dari Gusti Allah, bukan sekali lagi bukan karena dorongan keinginan hawa nafsu.

---

Tanah Nusantara saat ini sedang bergejolak bukan tanpa sebab anakku. Aku merasakan ada aura kekuatan artadaya, entah disengaja ataupun tidak sangaja. Sebentar lagi sang penguasa artadaya akan muncul, bersiaplah. Semoga engkau dapat mempergunakan kekuatan yang ada pada dirimu, agar engkau dapat mencegah kerusakan lebih hebat lagi, semoga dia akan merasa segan dan timbul kasih karena kharisma artadaua yang engkau miliki.

Berhati-hatilah Ki Butalocaya anakku, semoga engkau tetap eling dan waspada, berjuanglah agar tanah Nusantara menjadi rahayu ...

Salam sayang,



Ki Jero Martani

Keris Sangkelat dan Crubuk

Alkisah Sunan Kalijaga mendatangi sanggar Mpu Supa yang sedang sibuk membuat senjata. Mpu Supa adalah suami dari Dewi Rasawulan, adik Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris coten-sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih kambing). Lalu oleh beliau diberikan calon besi yang ukurannya sebesar biji asam jawa.

Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Ia berkata "Sunan, besi ini bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya. Akan tetapi apakah besi sebesar biji asam jawa ini cukup dibuat keris ?". Lalu Sunan Kalijaga berkata : "Nak, besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung". Karena ampuh perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.

Hati empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa Sunan Kalijaga memang benar-benar wali yang dikasihi oleh Pencipta Kehidupan, yang bebas mencipta apapun. Lantara itu, empu Supa berlutut dan takut. "Sunan, bila besi sebesar itu, saya tidak sanggup mengerjakan karena tidak dapat dijepit." Sunan Kalijaga berkata lagi "Nak sebenarnya besi itu besarnya hanyalah sebesar biji asam jawa saja. Pada saat itu juga besi kembali menjadi sebesar asam jawa lagi.

Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama, jadilah keris, kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh perasaannya, karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa (baca Nusantara) asli Majapahit, luk tiga belas bagus sekali serta indah warangka-nya, tetapi sepi dari sifat-sifat keislaman. Sebenarnya, begitu mengetahui keindahan keris, perasaan Sunan Kalijaga agak tersentuh, oleh karena itu mengamatinya sempai puas tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata sambil tertawa, ”Nak, keris ini bagus sekali. Akan tetapi bila dipergunakan oleh santri tidaklah pantas. Keris ini pantas menjadi pegangan Raja yang menguasai Nusantara. Karena berwarna kemerahan, keris ini saya namakan dapur Sangkelat (artinya bersemu merah). Sekarang keris ini saya kembalikan, simpan ! Bagaimana akan kejadiannya nanti, saya sendiri tidak tahu. Selain Tuhan Yang Maha Esa yang menjelaskannya. Akan tetapi sekarang saya minta dibuatkan keris lagi yang patut digunakan oleh santri.

Empu Supa diberi lagi besi yang ukurannya sebesar kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkan sunan Kalijaga sangat senang hatinya. Dapur keris itu disebut Crubuk.

Dikutip dari Babad Demak, R. Atmodarminto

---oOo---

Sodara-sodaraku, Sunan Kalijaga pada saat itu adalah merupakan pemimpin gerakan Islam yang berkolaborasi dengan penguasa mendirikan Kabupaten Islam Bintara. Sedangkan Empu Supa adalah pemimpin gerakan rakyat yang memiliki cita-cita hendak membangun negara nasional seperti jaman Gajah Mada dahulu akan tetapi bebas dari tataran kasta. Mungkin dengan maksud untuk mengganti kerajaan Majapahit yang waktu itu telah rapuh.

Empu Supa disuruh membuat keris untuk menyembelih kambing oleh Sunan Kalijaga, yang bisa jadi merupakan perlambang bahwa gerakan islam meminta bantuan pada kaum nasionalis yang merupakan gerakan rakyat pada saat itu, supaya mau memberikan dukungan kekuatan untuk mendirikan kabupaten Islam Bintara.

Bakal besi sebesar asam jawa, namun bobotnya berat sekali adalah perlambang bahwa meski Islam Bintara itu kecil, tetapi memiliki bobot gerakan Islam yang pada saat itu sudah menjadi beban yang berat, menguras tenaga dan pikiran. Tentulah Empu Supa kecewa, karena bakal besi itu terlalu kecil, sedangkan gerakan rakyat telah mempunyai cita-cita yang lebih besar. Lalu disabdakan bahwa – besi sebesar biji asam jawa manjadi gunung, itu perlambang bahwa meski kabupaten Islam Bintara memang kecil, tetapi jika gerakan rakyat turut bergabung, niscaya kekuatannya menjadi sangat besar.

Empu Supa mengatakan tidak sanggup menggarap besi yang sebesar gunung. Ini dimaksudkan bahwa kabupaten Islam Bintara yang mengutamakan kebudayaan Arab, yang berbeda dengan kebudayaan Majapahit, akan sulit sekali untuk dibangun menjadi kerajaan nasional yang memiliki kewajiban melindungi seluruh penduduk yang menganut kepercayaan, adat serta tata cara beraneka warna.

Lalu oleh Empu Supa bakal besi di garap menjadi Keris Nusantara asli Majapahit yang sangat bagus, tetapi kosong dari sifat Islam. Ini dimaksudkan bahwa gerakan rakyat yang dipimpin Mpu Supa tetap menghindari pembentukan kabupaten Bintara yang didasarkan oleh agama Islam, tetapi tetap pada pendirian, untuk membangun negara nasional Nusantara yang bebas dari tatanan kasta dan tidak didasarkan pada salah satu agama, sebagai ganti kerajaan Majapahit yang berlandaskan Syiwa-Buddha.

Dinamakan keris Jawa / Nusantara bercorak Majapahit, menjadi perlambang bahwa kebudayaan Nusantara asli, menolak tatanan kasta tetapi mengakui kebudayaan Majapahit seperti masa Hayam Wuruk dahulu.

Keris sangkelat berwarna kemerahan , merupakan perlambang kuatnya potensi gerakan kelompok Empu Supa pada saat itu. Sunan Kalijaga melihat keris Sangkelat merasa tersentuh. Maksudnya, sesungguhnya Sunan Kalijaga sangat setuju dengan arah dan cita-cita perjuangan kelompok empu supa. Lalu keris sangkelat diberikan kembali kepada Empu Supa, ini menjadi ibarat bahwa pada waktu itu gerakan islam yang dipimpin para wali, belum berani memiliki cita-cita untuk mendirikan kerajaan Nasional Nusantara, tetrapi hanya menyerahkan harapan tersebut diselanggarakan terlebih dahulu di tangan gerakan rakyat yang dipimpin oleh Empu Supa.

Sunan Kalijaga memerintahkan agar membuat lagi keris dapur Crubuk, maksudnya bahwa meskipun tidak cenderung dengan berdirinya kabupaten Islam Bintara, tetapi gerakan Islam memaksa meminta dukungan supaya kelompok empu Supa bersedia ikut membantu perjuangannya.

Darah Ulama Buta Mata dan Hati

Beberapa bulan belakangan ini, media massa dihiasi, drama para ulama yang saling adu bicara, bahkan ada yang dituntut agar masuk penjara. Di internet para anggota mailing list tak kalah hebat, saling serang dan menjelekkan agama satu dengan yang lain. Organisasi saling adu massa, bersilang sengketa, tentang moralitas. Porno aksi dan porno grafi, seolah menggetarkan Nusantara, sebelum gempa bumi menggetarkan tanah Jogya.

Para oknum brahmana, pendeta dan ulama laknat, sekarang lagi mengendap-endap, mumpung perhatian media terfokus pada bencana, memasang strategi pemaksaan kehendak, mengegolkan aturan pengerem syahwat. Jelas ini pertanda, para ulama sudah putus asa, lari dari tugas tanggung jawab sebagai penjaga moralitas. Melemparkan tanggung jawab, karena tahu, bahwa moralnya sendiri rusak nan bejat. Banyak yang ngaku ulama, tapi kalau ada kesempatan nyoblos janda atau perawan, hukum agama dibelokkan untuk pembenaran. Memang begitulah brahmana mabok arta-brana, tinggal glanggang colong playu, meninggalkan tugas dan tanggung jawab sosio-kultural, tetapi sangat getol masuk ke area politik, baik jadi pemain atau dibayar murah sebagai pengumpul suara saat pilkada..

Sodara-sodaraku,

Tidak pernahkah kamu tahu, perilaku syeikh kaya raya, di tenda mewah padang pasir Dubai? Sekali jentikan jari, gadis-gadis cantik asal Lebanon bergoyang gemulai, berpakaian minim, perut pusar terbuka – pengundang syahwat luar biasa. HEI para brahmana lupa agama, tidakkah kau rasakan sakit hati para TKW, berlinang air mata, diperkosa, disodok paksa tongkat maksiat, pria tanah Arab ? Kalau engkau tahu tapi purah-purah tidak tahu, maka engkau tergolong Ulama Buta Mata dan Buta Hati.

Akankah kita mengacu pada nilai-nilai padang pasir, dimana aturan cadar dan pakaian, ternyata tidak bisa menghentikan gejolak nafsu syahwat lelaki bejat ? Bukankah di jazirah Arab, yang kita jadikan acuan, penyedot devisa wisata moral, tumbuh bagai jamur di musim hujan, tempat bejat pemuas syahwat ? Sementara kita di tanah Nusantara, ribut gontok-gontokkan, mencontoh aturan yang jelas-jelas gagal diterapkan di tanah Arab. Aturan yang tak mampu, mengurangi kebejatan moral oknum disana. Kalau disana aturan agama saja tak digubris, bahkan oleh para penguasa padang pasir, yang katanya keturunan orang suci, lalu kenapa kita seperti dicokok hidung, ikut model mereka ?

Tidakkah lebih baik mencontoh laku prihatin ? Prihatin terhadap keadaan bangsa kita yang saat ini terpuruk tanpa jalan keluar. Akankah kita terus cakar-cakaran, berdebat tentang cocok tidaknya budaya padang pasir ? Sementara jelas-jelas kita tahu, tlatah Nusantara beda dengan padang pasir, sehingga model sorban, cadar, pakaian panjang, tidak cocok untuk daerah tropis seperti ini. Tidakkah aneh, kalau ada warga gunung kidul, kurus kudisan, petani ketela, memelihara jenggot panjang, meniru wajah-wajah tanah Arab, dimana jenggot lebat memang menjadi pemanis struktur wajah warga padang pasir ?

Kemulian karya-karya orang suci tanah Arab, tidaklah saya abaikan. Akan tetapi saya simpan dalam hati, dan saya gunakan dalam melaksanakan kehidupan. Apakah kita perlu menonjolkan jati diri, membanggakan identitas, berbondong-bondong ke tempat suci, sambil membawa niat, hanya untuk mengharap mukjizat, kejatuhan pangkat dan derajat ? Akankah kita terus mempelajari sareat, tarik urat mempertahankan pendapat, tetapi tidak memahami hakekat ?

Warga bangsa yang saya cintai,

Anak bangsa, bagai domba bodoh yang digiring kesana kemari, oleh ulama yang buta mata dan hati. Karena tak paham arti kiasan dari karya suci nan indah, lalu para manipulator ayat, menggiring rakyat jelata ke jurang sesat yang akhirnya mendapatkan laknat. Diajarkan membaca ayat-ayat suci, akan tetapi, lidahnya lidah jawa, syair arab dilagukan dandang gula ala palaran.

Sudah terlalu jauh langkah yang telah dilakukan oleh anak-anak bangsa. Sepertinya bukan lagi meneladani Kanjeng Nabi, tetapi sudah terlalu banyak digiring dan dicekoki oleh ulama bejat. Brahmana laknat, hanya mempertajam sarengat, tanpa tahu hakikat, meneriakkan seruan jahat, yang dibalik itu, hanya ada niat untuk menjadi jongos para ningrat pejabat laknat.

Hei anak-anak Nusantara ! jangan kau ikuti, tingkah polah brahmana ulama buta mata dan buta hati. Sebentar lagi, para danyang-danyang tanah Nusantara, akan datang menyantap habis satu persatu, ulama penjual ayat, pejabat bejat, pedagang penggarong duit rakyat. Janjinya pasti dipenuhi, seperti dipenuhinya, pertanda yang diberikan sejak 500 tahun yang silam, yang saat ini terbukti yakni Gunung Merapi Meletus, Laharnya Berbau Amis. Setelah gunung meletus, maka tanda berikutnya adalah, darah mengucur dari tubuh ulama buta mata dan hati. Sebagai tumbal bagi para Danyang Tanah Jawi. Tak ada yang akan bisa menghalangi.

Rakyat jelata Nusantara, jauhilah para ulama buta mata dan buta hati. Jauhilah brahmana bejat, yang suka mengail di air keruh, penikam kawan seiring, penggunting dalam lipatan. Pendeta bejat yang mengesampingkan budi pekerti, untuk meraih uang dan kekuasaan. Jaga hati nurani, agar tidak ikut terseret perintah pendeta gila. Tetaplah teguh walau hidupmu terasa berat, bahkan melarat. Jangan percaya pinandita mabok harta, tinggalkan ulama bejat, biarlah dia berkoar di padang pasir dan sendirian terkena laknat. Sahabat, ingatlah selalu, bahwa sebaik-baiknya orang yang lupa daratan, akan lebih bahagia orang yang tetap ’eling’ dan selalu ’waspada’.

Oleh para pendeta, wahyu suci sering disalah gunakan. Brahmana munafik mengaku penganut kerohanian, akan tetapi wahyu yang tadinya merupakan sumber air yang jernih, dikeruhkan oleh lumpur tabiat manusia dusta yang berpura-pura menjadi penganutnya. Agama hanya alat angkara murka sang Brahmana. Perbuatan munafik para ulama, brahmana, pendeta dan sebangsanya, adalah penyebab, terjadinya penghisapan, penindasan dari suatu golongan terhadap sesamanya di Nusantara.

Hei Ulama Buta Mata dan Hati, setelah Gunung Merapi, Meletus Laharnya Berbau Amis, maka tiba giliran Danyang Tanah Nusantara akan melenyapkanmu. Darahmu akan tercecer dalam waktu dekat, sebagai tumbal tanah Nusantara.

Maktub.

Salam Hormat,

Ki Jero Martani

Selasa, 13 Juni 2006 - Keyakinan Mampu Memindahkan Gunung

Catatan Hari Ini. Hari ini aku percaya, bahwa keyakinan mengandung kekuatan yang luar biasa. Kata bersayap "keyakinan anak manusia, mampu memindahkan gunung", akan aku perhatikan terus-menerus, dirasakan lalu diyakini. Dan pelajaran hari ini adalah, kekuatan yang dihasilkan dari keyakinan, sangat perlu untuk dikendalikan.

Percakapan kontroversial selalu mengandung banyak jebakan, terutama percakapan yang mengarah pada hal-hal yang bersifat personal. Percakapan personal yang tidak jelas, menyebabkan kita terbakar sendiri atau paling tidak membuat kita tampak bodoh di mata orang lain. Semoga aku tak terjebak lagi pada masalah-masalah seperti itu, dan semoga kemampuan mendengarku, tidak dikalahkan oleh semangat yang selalu berapi-api.

Esok hari, aku mestinya menemukan sebuah kepingan puzzle, yang akan memberi inspirasi sehingga gambaran keseluruhan menjadi lebih jelas. Dengan kepingan yang esok kutemukan, misteri yang mengganggu selama ini, akan ketemu solusinya. Solusi itu mungkin agak mengecewakan, karena seringkali kenyataan itu, tidak sedramatis yang dibayangkan.

Walau agak kecewa, nggak apa-apalah, besok akan kusempatkan diri untuk jalan-jalan, siapa tahu ketemu orang yang dapat menghibur dan bisa membuatku tersenyum.

Itulah catatan hari ini, dan kuhadapi esok hari, apapun yang terjadi.

A r w a h – ada tapi tiada, tak ada tapi dapat dirasa

A r w a h – ada tapi tiada, tak ada tapi dapat dirasa magnify

Awignamastu

Duk tan hana paran paran anrawang anruwung. Ketika alam semesta jagad raya ini belum diciptakan, keadaan jagat raya tidak menentu. Demikianlah sebuah kalimat yang tertuang di dalam lontar buana kosa, buku sastra nusantara, tentang penciptaan dunia. Lalu sang kuasa mengheningkan cipta, membangun tapa. Setelah membangun tapa, beliau menyusun ”rta” atau hukum-hukum alam semesta, setelah menyusun rta beliau menetapkan swadharma, setelah itu baru triloka – alam bhur atau jasmani, alam bwah atau alam ruh, swah atau alam illahi - ini diciptakan.

Bicara tentang proses penciptaan jagad raya, diumpamakan sebagai sekumpulan tuna netra yang hendak memahami seekor gajah. Bagi yang kebetulan meraba ekornya, dikatakan gajah itu laksana tali. Yang kebagian kakinya, menganggap gajah laksana pohon. Dan yang meraba daun telinganya, mungkin menganggap gajah itu seperti kipas. Tapi ada persamaan di antara semua catatan tentang penciptaan dunia yang ditulis oleh para bijak. Persamaannya adalah, dunia diciptakan melalui suatu proses, ada upaya sistematis, dan tidak serta merta ada. Dalam tulisan ini, saya tidak ingin memulai diskusi tentang penciptaan dunia terkait dengan masalah keagamaan. Tetapi hanya ingin membuat kajian pribadi, terhadap apa yang tertulis di kitab kuno nusantara, dengan ilmu-ilmu modern.

Proyek adalah suatu usaha temporer yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu – a temporary endeavor undertaken to accomplish unique purpose. Proyek terjadi biasanya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : (1) karena adanya masalah, (2) karena adanya peluang atau karena (3) adanya arahan tertentu.

Contoh, pembangunan sistem inventory berbasis komputer, diinisiasi mungkin karena adanya permasalahan yang berlarut-larut dalam penanganan persediaan. Atau account receivable di perusahaan pengelola mall, diinisiasi karena adanya permasalahan dalam penagihan sewa ruang oleh tenant, pencatatan pemakaian listrik, air dan gas, atau mungkin adanya permasalahan pembayaran sewa, akibat perubahan nilai tukar yang sangat tajam ketika krisis moneter di awal reformasi. Artinya, sebuah proyek pembangunan sistem, diinisiasi karena adanya permasalahan atau “kekacauan” yang harus diselesaikan – duk tan hana paran-paran anrawang-anruwung, bisa kita interpretasikan, ketika sistem belum dibangun, kekacauan atau keadaan tidak menentu yang dihadapi.

Lalu dikatakan oleh buana kosa, Sang Pencipta membangun tapa dengan mengheningkan cipta, mengosongkan pikiran, menyatukan cipta, rasa dan karsa. Kosong atau hampa bisa menjadi kekuatan yang sangat hebat. Ruang hampa, dapat menyedot benda-benda alam sekitar ke dalam dirinya. Kemampuan mengosongkan pikiran, sehingga mampu mendengar, menyerap dan mengerti harapan dan keinginan stakeholder, adalah kewajiban seorang system analyst. Perilaku ”hening” yang mampu menyerap informasi selengkap-lengkapnya dari seluruh stakeholder sistem, sangat diperlukan pada tahap requirement analyis – analisis kebutuhan. Kemampuan ”mendengar” dan ”membaca” adalah hal penting yang harus dimiliki oleh seorang system analyst.

Bersamaan dengan menyatukan cipta, rasa dan karsa, Sang Pencipta, membangun tapa. Tapa bukan diartikan pergi ke tempat sepi, atau seperti di sinetron laga, pergi ke hutan belantara. Tapa pada hakikatnya adalah kegiatan perenungan, konsentrasi, menyusun rancangan untuk mencapai meraih tujuan tertentu. Setelah memahami need dan expectation dari stakeholder kunci, seorang system analyst mulai menyusun rancangan global untuk solusi yang dikehendaki. Dari daftar kebutuhan dan harapan, disusun lingkup proyek, langkah-langkah untuk mencapai lingkup tersebut beserta perkiraan waktu yang dibutuhkan, dan terakhir sumber daya apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap langkah yang telah ditetapkan.

Sistem perangkat lunak komputer, laksana arwah. Dia ada, tetapi tak dapat diraba secara fisik. Tanpa bentuk, tapi dia menggerakkan sesuatu dan dirasakan keberadaannya. Sebagai sang pencipta sistem, seorang system analyst, harus mampu membuat yang tak nyata menjadi nyata. Dalam ber”tapa” Sang Pencipta memikirkan tentang EFEKTIFITAS atau hal-hal apa yang ada dalam proses yang harus disediakan secara tepat waktu, benar, konsisten dan disajikan secara pantas. Lalu dipertimbangkan pula EFISIENSI sistem, KEAMANAN atmosfir bumi terhadap ”serangan” dari meteor-meteor ruang angkasa. INTEGRITAS yang terkait dengan akurasi dan kelengkapan informasi, KETERSEDIAAN, kepantasan dan KESESUAIAN serta KEANDALAN dari output yang dihasilkan dari subsistem penunjang.

Dengan mengacu pada kerangka efektifitas, efisiensi, keamanan, integritas, kelengkapan, ketersediaan, kesesuaian dan keandalan maka kegiatan tapa akan menghasilkan rancangan global dari sistem ”arwah” sistem perangkat lunak yang dikehendaki. Di ilmu-ilmu system engineering, kegiatan ’tapa’ ini menghasilkan data flow diagram, entitity relationship diagram, use-case diagram, network topology dan lain-lain. Pada saat tapa ini juga ditetapkan methodology penciptaan, apakah meniru air terjun (waterfall model) atau perbaikan berkesinambungan laksana spiral (spiral model).

Dalam tapa, sang pencipta harus sudah menyusun ”rta” atau hukum-hukum dari pada sistem. Kalau pada system account receivable atau pengelolaan piutang untuk sebuah super mall – dimulai dari data kontrak sewa dari tenant, lalu dibuat invoice oleh bagian tagihan. Tagihan untuk ratusan tenant itu dipisahkan per lantai, dan diserahkan pada bagian collection, lalu staff collection mendistribusi tagihan bulan ini yang terdiri dari sewa ruang, listrik, air dan gas kepada tenant. Lalu tenant datang ke bagian kasir untuk membayar tagihan, lalu dari kasir sistem langsung connect ke bagian pencetakan kuitansi dan faktur pajak, lalu semuanya itu dicatat dan masuk ke sistem general ledger. Kalau ada selisih atau penyesuaian pembayaran, ada prosedur Credit Memo atau Adjusment. Semua ini harus disusun menjadi aturan yang tertulis yang biasa disebut Standard Operating Procedure. SOP inilah yang menjadi aturan, hukum atau ”rta” dari suatu sistem.

Untuk melaksanakan SOP yang ditetapkan, tentu disusun struktur organisasi terkait dengan kompentensi yang dibutuhkan. Lalu disusun job description untuk masing-masing pekerjaan. Kalau di kitab kuno disebutkan, ada batara agni penguasa api, bayu penguasa angin, kuwera untuk kesejahteraan atau Indra sebagai dewa hujan. Semuanya memiliki swadharma - tugas dan kewenangan – sendiri-sendiri. Pembangunan SOP ini, dalam system engineering sudah termasuk ke dalam detail design. Selain SOP untuk application system, dalam detail design ini juga harus diperhatikan rancangan rinci basis data yang akan dibangun - field yang akan dicatat, field membentuk record, record menjadi file dan didefinisikan relationship antar file sehingga terbangun suatu basis data.

Orang yang akan mengoperasikan sistem juga perlu diperhatikan. Siapa yang akan menjadi system administrator, system analyst untuk memelihara sistem, siapa yang berperan sebagai programmer dan user pemakia sistem. Lalu teknologi yang akan menunjang sistem juga perlu diperhatikan. Apakah sistem akan dibuat berbasis internet, client server atau hanya standalone saja. Tak dilupakan juga infrastruktur penunjang, seperti data center, fasilitas internet atau intranetnya, application server, data server atau internet service provider yang memenuhi syarat untuk dijalankannya system.

Jadi kelima hal yakni fasilitas, teknologi, data, application dan orang, perlu diperhatikan dalam menyusun suatu perencanaan detail. Seluruh catatan-catatan tersebut harus tertuang di dalam IT Strategic Plan, Information Architecture, Technology Direction, sampai dengan IT Project Management Plan. Inilah kegiatan penciptaan pertama, yakni “mental creation” – menciptakan sesuatu secara mental – menulis apa yang akan dikerjakan.

Lalu berikutnya, sang pencipta mulai menciptakan sistem jagad raya, mengacu pada hasil “mental creation” - tahap hening, tapa, susun “rta” – hukum-hukum, lalu penetapan swadharma. Kalau dianalogikan dengan system engineering, maka sang pencipta sistem, sudah melewati tahap requirement analysis, global design dan detail design. Tapi jangan lupa, ada methodologi implementasi yang berbeda. Apakah mengejar kesempurnaan dalam tiap tahap seperti waterfall model, atau memilih spiral model seperti microsoft solution framework, dimana mengacu pada prinsip - build while planning, plan while building.

Hasil mental creation dijadikan panduan dalam menyusun perencanaan dan pengorganisasian, serta eksekusi rencana proyek. Berbagai sumber daya yang diperlukan untuk membangun dipersiapkan dan diadakan untuk implementasi rencana. Ketika eksekusi dilaksanakan maka perlahan-perlahan berbagai produk proyek mulai dihasilkan. Produk barang atau jasa itu diberikan support untuk dapat berfungsi sesuai dengan tugasnya. Segala apa yang diciptakan itu perlu di monitor apakah keberadaan serta manfaatnya sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Parameter-parameter efektifitas, efisiensi, keamanan, integritas, ketersediaan, kesesuaian, keandalan dari informasi perlu diukur dengan seksama pada saat kegiatan monitoring tersebut.

Dan kelengkapan dari data, sistem aplikasi, teknologi, fasilitas pendukung dan orang-orang yang terlibat dalam operasional sistem sudah harus siap pada saat masuk ke dalam fase operasional dari pada sistem itu sendiri.

Rekan-rekan pengguna mailing list,

Cerita-cerita jaman dulu ternyata mengandung mutiara-mutiara yang dapat kita resapi dan dapat membantu kita dalam melaksanakan tugas dalam profesi kita. Tahapan : duk tan hana paran-paran, hening, membangun tapa, menyusun rta dan menetapkan swadharma – secara filosofis sangat mirip dengan langkah-langkah yang tertuang dalam buku Software Engineering – A Practitioner’s Approach yang dikarang oleh Roger S. Pressman ataupun yang tersusun dalam panduan Cobit yang disusun oleh IT Governance Institute. Walaupun kelemahannya adalah, kitab buana kosa yang merupakan kekayaan budaya timur, tidak menguraikan secara rinci tahapan-tahapan yang ada, seperti yang tersusun dalam buku Software Engineering yang merupakan produk budaya barat.

Alangkah indahnya kalau kita mampu, mengisi ilmu barat yang sistematis dengan ruh budaya timur. Dan melengkapi produk filosofis budaya timur, dengan sistematika untuk mencapai tujuan yang diciptakan oleh budaya barat.

Kalau perpaduan ini tercipta ... alangkah bahagia warga tanah Nusantara ... mampu memadukan secara harmonis kemampuan intelektual, kekayaan emosi dan kedalaman spiritual – in harmonia progressio – art, science and technology.

Jayalah Indonesia, bangun kembali jati diri tanah Nusantara.

Semoga bermanfaat.

Salam hormat,

Ki Jero Martani

AL FAATIHAH

AL FAATIHAH magnify

Ada suatu waktu, saya diminta oleh seorang sahabat untuk berbicara di depan puluhan kiai pengasuh pondok pesantren. Topiknya cukup berat, mengenai penyusunan rencana strategi pengembangan pondok pesantren yang mereka asuh. Kalau bicara dengan terminologi dan orang-orang yang berlatar belakang bisnis, saya sudah punya jam terbang yang cukup tinggi. Tetapi bagaimana memperkenalkan istilah strategic management seperti return on investment, customer perspektif, internal process dan learning and growth perspective pada mereka ? Ini benar-benar menggetarkan hati saya. Saya takut mengecewakan para kyai yang sangat saya hormati. Dalam hati saya menggerutu, bodohnya saya menerima tawaran seperti ini ? Saya tercenung di pesawat yang membawa diri saya, menjauhi Jakarta.

===
=== AL FAATIHAH
=== Refleksi seorang guru
===

Tambah terpuruk dan jatuh mental saya, menyaksikan para kyai sangat bersemangat mengikuti workshop, sampai hampir tengah malam, mencatat dengan tekun, apa yang disampaikan pembicara, kebanyakan hanya mengenakan sarung. Matilah saya ! Kali ini, saya menghadapi audiens yang sangat berbeda. Saya mendapatkan giliran jadi fasilitator, mulai esok pagi hari. Dan sampai jam 10 malam, saya belum menemukan rangkaian kata pembuka agar topik strategic management mudah diserap oleh para kiai, yang berlatar belakang agama dan budaya. Tibalah saatnya coffee break, saya ada kesempatan ngobrol dengan Kyai Abdul Azis Asyhuri, salah seorang pengasuh pondok pesantren salafiah dari Magelang. Entah bagaimana, beliau berkata, kalau mengawali suatu pekerjaan ingatlah selalu Surat Al-Faatihah. Lalu cerita dilanjutkan ngalor ngidul sambil ketawa-ketawa, lalu pulang ke hotel.

Gelisah masih terasa, bagaimana bicara untuk besok hari. Lalu saya berusaha menenangkan diri, berdoa semoga ada berkah dari Gusti Allah agar saya tidak mengecewakan dan mampu membagi pengetahuan walau sedikit. Saya akan merasa berdosa, kalau para Kiai yang telah datang dari seluruh pelosok tanah Jawa, tidak mendapatkan manfaat apapun dari saya. Kasur empuk, shower hangat, ruangan harum hotel bintang lima, tak mampu mengusir ke gundahan hati. Hampir tengah malam, dalam hening – eureka ...saya teringat kata-kata Kyai Ashuri, Al-Faatihah.

Bismillahirrahmaanirrahiim – dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. >>> Saya datang jauh-jauh ke jantung tanah Jawa, tanpa memikirkan honor yang akan saya terima, meninggalkan pekerjaan dan keluarga, semata-mata bertujuan dan berkeinginan kuat agar ada yang saya beri untuk para Kiai yang saya hormati, dan semoga dapat lebih memuliakan Nya

Alhamdullilahi rabbil’aalamin – segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. >>> Segala resiko saya akan jalani, karena rasa syukur, telah diberi limpahan karunia ilmu, yang dapat membantu orang lain. Walau hari ini saya berstatus sebagai fasilitator manajemen strategis, tetapi saya yakin dan bertekad, untuk menggali juga ilmu para Kyai yang luas bagai samudera tak bertepi, di bidang agama dan budaya. Saya berkeyakinan, ilmulah yang perlu kita kumpulkan. Jika kita hanya berfikir mengumpulkan harta, maka kitalah yang sibuk menjaganya.

Arrahmaanirrahim. Maha pemurah lagi Maha Penyayang. >>> Saya memiliki keyakinan bahwa ilmu manajemen strategis tercipta tidak hanya untuk satu golongan saja. Sang Kuasa bersifat murah hati, baik untuk orang yang percaya, bahkan tetap kasih terhadap orang yang ingkar denganNya. Saya yakin, ilmu manajemen strategis ini, juga bisa untuk umat beliau di Tanah Jawa, bukan hanya untuk orang Amerika.

Maaliki yaumiddiin – dialah menguasai hari pembalasan. >>> Saat ini saya menyerahkan semuanya kepada Gusti Allah, yang menguasai hari akhir. Saya sudah berusaha menyiapkan segala presentasi materi, menyiapkan perangkat lunak sederhana untuk dipergunakan di pesantren, dan buku panduan pemakaian untuk mereka. Saya telah berbuat yang terbaik, yang bisa saya lakukan. Akan tetapi, segala hasil akhirnya, saya serahkan kepada Hyang Widhi sebagai penguasa hari akhir. Kawula hanya bisa berusaha, bagaimana hasilnya, adalah hak penuh dari Sang Dalang Kehidupan.

Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin – hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. >>> Sampai lewat tengah malam, hanya doa ini yang saya panjatkan. Tiada yang bisa menolong saya lagi untuk esok hari, kecuali kuasa dari Hyang Manon.

Ihdinashshiraathal mustaqiim, shiraathalladziina an’amta’alaihim – Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan kenikmatan kepada mereka. >>> Saya mengintepretasikan bait ini sebagai doa agar saya diberi petunjuk, methodologi apa yang tepat digunakan untuk menyusun rencana strategis, agar mampu diserap oleh audiens yang sepuh, banyak bergelut dengan kitab kuning dan hampir seluruhnya berasal dari Jawa Tengah dan sekitarnya. Tengah malam saya berdoa, semoga Gusti Allah memberikan saya petunjuk, methodology yang terbukti berhasil, mengangkat kembali organisasi yang ”terpuruk” menjadi bangkit dan bersemangat kembali. Tuhan ”menjawab” dengan mencerahkan saya bagaimana menterjemahkan Balanced Scorecard ke dalam terminologi jawa kuno, dan bagaimana menyusun peta strategi mengacu pada tembang gambuh. Methodologi Balanced Scorecard, di tanah asalnya Amerika sana, mampu melipat gandakan kekayaan suatu perusahaan dalam waktu singkat, karena mampu dalam pengukuran kinerja dan menyebabkan organisasi berfokus pada strategi.

Ghairil maghdhuubi’alaihim waladhdhaalliin – Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. >>> Methodologi Balanced Scorecard menekankan pada keseimbangan. Bukan hanya berfokus pada harta dunia (tangible asset) – finance perspective, akan tetapi methoda ini, sangat menekankan pada (intangible asset) seperti customer satisfaction - santri dan peran serta masyarakat, internal proses perspektif – pembelajaran, suasana belajar, manajemen dan kepemimpinan, dan learning and growth perpektif – keinginan untuk belajar terus menerus. Saya yakin, methodologi ini, kalau dikuasai lalu disesuaikan dengan keadaan sosiologi, antropologi dan theologi masyarakat nusantara akan menghasilkan dampak yang luar biasa. Methodologi ini, mirip dengan konsep pengejaran manusia pada dunia dan akhirat – kejarlah intangible asset, maka anda akan mendapatkan yang intangbile. Mendasarkan methodology pada prinsip dasar - kerja adalah amanah untuk mendapatkan berkah – sehingga terbentuk Human Capital – commitment dan capability. Jadi methodology balanced scorecard, harus di-berikan bumbu Nusantara, disesuaikan bahasanya dengan yang paling dekat dengan bahasa kiai, yakni budaya dan agama. Hal ini saya rasa lebih baik, daripada mengelola sesuatu organisasi, tanpa menggunakan methodology, hanya common sense belaka, itu mengarahkan kita pada paham sareat tanpa tahu hakikat, maka jadilah kita tersesat.

---

Malam itu juga saya menyusun draft pemikiran yang saya tuangkan ke dalam tulisan yang berjudul Manajemen Strategik dan Peta Strategy atau strategy map, yang saya posting juga di blog http://360.yahoo.com/kijeromartani. Karena audiens banyak orang Jawa, saya menggunakan tembang Gambuh dan Catur Purusaartha, konsep sastra jawa kuno. Karena audiensnya para kyai yang saya hormati, maka konsep tentang tangible asset dan intangible asset saya modifikasi menjadi ruh jasmani, rabbani dan nur illahi. Dan banyak hal-hal yang kita bisa padukan, antara Ilmu Barat dan Timur.

Keesokan harinya saya memulai workshop dengan ”nembang” macapat Gambuh Serat Wedhatama, dihadapan para kiai. Dan ”keterkejutan” mereka terhadap kemampuan nembang macapat, langsung mencairkan suasana. Methode Balanced Scorecard yang telah dimodifikasi, terasa masuk akal dalam kerangka berfikir budaya dan agama mereka. Motivasi meningkat cepat, selanjutnya, pekerjaan jadi lebih mudah. Segala kesulitan, akan mampu teratasi oleh orang yang telah termotivasi.

Ya ... Tuhan, Engkau benar-benar memenuhi janjiMu. Engkau berikan ilmu yang tak terduga, bagi seorang guru yang lagi kepepet, seperti saya. Di tengah kesulitan, Engkau membantu hambaMu, dengan cara yang tak terduga.

Malam setelah workshop, saya tidur dengan tenang. Dengan senyum yang tersungging di bibir, dan yang lebih penting lagi, saya sangat bahagia, Gusti Allah mendengar kesedihan kawulaNya yang sudah tak berdaya, dengan cara yang tak terduga.

---
Rekan-rekan peserta mailing list, saya mohon pengertian, saya tidak hendak memelintir ayat yang ada. Motivasi saya menulis, bukan untuk berdebat tentang ayat, karena saya bukan pengkaji kitab kuning, bahasa arab-pun saya tidak bisa, melafalkan al-faatihah masih salah-salah, sembahyangpun tak kontinyu, dapat di hitung dengan jari, karena sibuk dengan ilmu dunia. Di bidang agama, saya bukan apa-apa.

Tetapi saya ingin menulis ini, hanya untuk membuktikan bahwa Ayat Pembuka ini sangat luar biasa. Akhirnya workshop menghasilkan outcome yang dikehendaki, para kiai jadi mengerti bagaimana cara menyusun rencana strategis. Mulai menetapkan visi, misi, tujuan, peta strategi, ukuran-ukuran lalu self assesment untuk menyusun program kerja dan rencana aksi. Menetapkan anggaran, memonitor progress dan lain-lain. Semuanya itu dimulai dari Al Faatihah dan tembang Gambuh – Serat Wedhatama. Umpan balik, kesan dan pesan yang kami terima sangat luar biasa, saya sangat terharu, telah memberikan sesuatu, yang mudah-mudahan berguna untuk mereka. Terima kasih pada Kiai yang memberi pencerahan, mengingatkan saya pada AL FAATIHAH.

Dan hari itu, bertambah keyakinan saya, bahwa Gusti Allah tidak akan membiarkan kawulaNya yang percaya, gundah gulana. Selalu ada ilmu baru yang diberikan pada saat mengajar.

Saya berdoa, walau sedikit yang disumbangkan, untuk para kiai yang saya hormati, semoga berguna bagi usaha untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salam hormat,

Ki Jero Martani

Laku Utama Raja Nusantara

Laku Utama Raja Nusantara magnify

Nuladha laku utama, Tumraping wong tanah Jawi, Wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senapati, Kapati amarsudi, Sudaning hawa lan nepsu, Pinesu tapa brata, Tanapi ing siyang ratri, Amamangun karyenak tyasing sasami
Samangsane pasamuwan, Mamangun marta martani, Sinambi ing saben mangsa, Kala-kalaning ngasepi, Lalana teka-teki, Nggayuh geyonganing kayun, Kayungyun eninging tyas, Sanityasa pinrihatin, Pungguh panggah cegah dhahar lawan guling
[Sinom Serat Wedhatama]

Sodara – sodara sebangsa dan setanah air,

Merujuk kitab sastra-nusantara jaman dahulu, salah satu pemimpin Nusantara yang dapat diteladani, adalah Panembahan Senopati. Raja Ngeksiganda atau Mataram yang memerintah dari tengah-temgah tanah Jawa. Beliau tekun, dan selalu berkehendak mengurangi hawa nafsu, melalui tapa brata yoga samadi. Siang malam selalu berusaha untuk membangun atau menciptakan kebahagian bagi sesama.

Jikalau berada di tengah-tengah pertemuan, selalu berusaha membangun semangat (ing madya mbangun kersa). Di depan beliau memberi teladan (ing ngarsa sung tulada), dan selalu mendorong agar nayapraja bersikat mandiri (tut wuri handayani). Apabila ada waktu luang, beliau berkelana keliling negeri, untuk melakukan tapa, demi mencapai cita-cita yang terpendam di tengah lubuk hati terdalam. Berusaha menjalankan laku prihatin, berpegang teguh tapa dengan mengurangi makan dan ”tidur”.

Demikianlah toladan pemimpin Gusti Panembahan Senapati. Kemampuan tinggi tidak muncul dari kelicikan dan tipu daya, tetapi dari pembawaan dan bakat untuk memegang kuasa. Dengan ”karisma” itu, orang tunduk tanpa tahu apa sebabnya, tanpa tahu apa rahasia kewibawaan dan kekuasaannya. Raja besar karena keagungan budinya, bagai singa berwibawa karena naluri alaminya. Mereka mendapat penghormatan, hati dan bahkan jiwa orang lain.

Di tambah dengan bakat-bakat dalam mendalami hal-hal spiritual, emosional dan intelektula, maka niscaya mereka akan muncul menjadi tokoh politik yang menonjol. Orang-orang seperti ini, dapat bekerja dan produktif, hanya dengan sikap dan gerakan isyarat, tanpa perlu banyak wacana, dan pidato panjang berapi-api.

Salam Hormat,

Ki Jero Martani

Kala Bendu

Ada saatnya keinginan yang muncul dari keheningan, melahirkan perasaan duka namun penuh harap, agar fajar cerah segera tiba. Akhirnya, ada setitik keberanian untuk mengutarakan petuah-petuah, barangkali dapat menyingkirkan hal-hal yang salah. Petuah bukan untuk menyombongkan diri, melainkan semata-mata berasal dari harapan barangkali dapat diperas dan diambil sarinya, untuk perbaikan di tanah Nusantara.

Harus selalu diingat, di jaman Kala Bendu ini, kurangilah nafsu pribadi. Tanpa mengurangi nafsu pribadi, maka pasti akan terbentur kerepotan, yang hanya membuahkan perbuatan buruk. Mudah-mudahan tetap mampu teguh, senantiasa berbuat menuju kepada hal-hal yang baik. Dengan demikian, mampu memberi perlindungan kepada siapapun juga, melenyapkan angkara murka, membuang jauh perbuatan tak senonoh.

Jangan menjadi orang bertabiat aji mumpung, hilang kewaspadaan, dan orang seperti ini, sudah dipastikan kerepotanlah yang selalu dijumpai, duka nestapa dan bencana selalu mengikuti hidupnya, hati senantiasa ruwet karena selalu berdusta. Budayanya lenyap, kekuatan sirna dan ceroboh. Apa yang difikirkan hanya hal-hal yang berbahaya. Sumpah janji hanyalah di bibir bealak, tidak seorangpun akhirnya mempercayainya. Dan sudah barang tentu, hanya menuai kerepotan dan bencana saja.

Aku Ki Jero Martani,

Sudah pernah bicara dan bertemu muka, dengan Sang Raja Tanah Nusantara, di hotel Dharmawangsa. Saat itu, kami coba bicara, barangkali didengar nasihat orang tua yang sudah pelupa, tak berdaya. Suara bagai angin lalu, membuat hati jadi kelu. Kini tinggallah berdendang, dandang gula sebagai tembang, hasil gubahan nenek moyang dahulu kala, beratnya hidup, bak orang dimadu saja.

Sang penguasa wawasannya kerap berubah-ubah, meningkatkan kerepotan apapun yang hendak dijalankan. Dan makin repot, karena azab jaman kala bendu, makin jadi angkara murka manusia. Angkara murka bertiwikrama, rasanya tidak mungkin dikalahkan oleh kebaikan budi dan hati, bila memang belum saatnya tiba, bahkan makin jadi luar biasa.

Sementara itu, keadaan sudah semakin tidak karu-karuan, penghidupan semakin morat-marit, ketentraman jauh dari harapan, kesedihan dan ratapan sudah jadi santapan. Segala tata cara hancur lebur, seolah-olah hati dikuasai ketakutan. Di kala ini, yang beruntung adalah ular berkepala dua, sebab kepala serta buntutnya dapat dimakan.

Gunung-gunung digempur, yang besar-besar dihancurkan, meski demikian tak ada berani yang melawan atau bahkan sekadar memperingatkan. Tak berani melawan karena apa ? Karena takut kalau disemprot ular berbisa, racunnya bagaikan air panas.

Akan tetapi sodaraku, camkanlah !

Lengkung pelangi yang megah, berwarna kuning, biru dan merah, hanyalah cahaya pantulan air. Menurut Kanjeng Nabi, itu bukanlah Gusti Allah yang sebenarnya.

Mohon diingat-ingat, kelak akan tiba masanya, ada wewe putih (setan putih), bersenjatakan tebu hitam, akan menghancurkan wedhon (pocongan setan). Akan tiba waktunya kuasa Gusti Allah membuka jaman kebaikan, tidak mungkin dihindari lagi. Tak akan bisa di tahan lagi, dimana ”setan putih” menyapu bersih ”pocongan setan”.

Setelah ”pocongan setan” di sapu bersih, maka di tanah Nusantara, akan tumbuh pemikiran dan kehendak hati, yang hanya berdasarkan ketenteraman sampai ke anak cucu. Tanah Nusantara dihormati dimanapun, negara rukun sentosa. Luka-luka akan hilang, peresaan prihatin berobah menjadi gembira ria.

Saat itu, diibaratkan, orang berjalan, menemukan pundi-pundi berisi emas sebasar bokor, tidak diambil. Tak ada yang berbuat curang, peliharaan diikat, namun tiada yang dicuri. Yang tadinya spesialis berbuat angkara murka, akhirnya ikut pula berbuat baik. Perasaannya terbawa oleh kebaikan budi. Kebaikan dapat menghancurkan sang durjana. Perbuatan tercela ditinggalkan, peraturan-peraturan pemerintah ditaati kembali, semuanya rajin dan tekun melaksanakan swadharma, tugas pokok dan kewajibannya masing-masing. Rakyat jelata, pedagang di pasar, nayapraja, dan brahmana, semuanya memiliki hati yang sama, tak ada yang saling mencela. Keadaan seperti itu akan terjadi di seluruh negeri.

Kembali seperti dijaman dahulu kala, teguh menjalankan dharma dan berhati baja.

Salam Hormat,

Ki Jero Martani

Olah Bathin

dari situs www.jawapalace.org

Dalam olah batin, meditasi menjadi salah satu topik pembicaraan yang tiada habis-habisnya. Tentu hal tersebut ada sebabnya, sebabnya tiada lain karena meditasi adalah salah satu usaha proses untuk meningkatkan pengembangan pribadi seseorang secara total. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi dan pengalaman temen-temen penulis yang melakukan laku olah batin serta berbagai literatur mengenai meditasi.

Tulisan ini merupakan usaha melengkapi tulisan J. Sujianto yang berjudul “ Pengembangan Kwalitas Pribadi di Bidang Kebatinan, suatu Proses Meningkatkan Kreatifitas dan Pengetahuan Dunia Gaib “

Apakah Meditasi ?

Mengusahakan rumus yang pasti mengenai arti meditasi tidaklah mudah, yang dapat dilakukan adalah memberi gambaran berbagi pengalaman dari mereka yang melakukan meditasi, berdasarkan pengalaman meditasi dapat berarti :

1. Melihat ke dalam diri sendiri

2. Mengamati, refleksi kesadaran diri sendiri

3. Melepaskan diri dari pikiran atau perasaan yang berobah-obah, membebaskan keinginan duniawi sehingga menemui jati dirinya yang murni atau asli.

Tiga hal tersebut diatas baru awal masuk ke alam meditasi, karena kelanjutan meditasi mengarah kepada sama sekali tidak lagi mempergunakan panca indera ( termasuk pikiran dan perasaan ) terutama ke arah murni mengalami kenyataan yang asli.

Perlu segera dicatat, bahwa pengalaman meditasi akan berbeda dari orang ke orang yang lain, karena pengalaman dalam bermeditasi banyak dipengaruhi oleh latar belakang temperamen, watak dan tingkat perkembangan spiritualnya serta tujuan meditasinya dengan kulit atau baju kebudayaan orang yang sedang melaksanakan meditasi.

Secara gebyah uyah ( pada umumnya ) orang yang melakukan meditasi yakin adanya alam lain selain yang dapat dijangkau oleh panca indera biasa. Oleh karena itu mungkin sekali lebih tepat jika cara-cara meditasi kita masukkan ke golongan seni dari pada ilmu. Cara dan hasil meditasi dari banyak pelaku olah batin dari berbagai agama besar maupun perorangan dari berbagai bangsa, banyak menghasilkan kemiripan-kemiripan yang hampir-hampir sama, tetapi lebih banyak mengandung perbedaan dari pribadi ke pribadi orang lain. Oleh karena itu kita dapat menghakimi hasil temuan orang yang bermeditasi, justru keabsahan meditasinya tergantung kepada hasilnya, umpamanya orang yang bersangkutan menjadi lebih bijaksana, lebih merasa dekat dengan Tuhan, merasa kesabarannya bertambah, mengetahui kesatuan alam dengan dirinya dan lain-lainnya.

Keadaan hasil yang demikian, sering tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh orang-orang ( masyarakat ) di sekitar diri orang tersebut karena tingkah-lakunya maupun ucapan-ucapannya serta pengabdiannya kepada manusia lain yang membutuhkan bantuannya, mencerminkan hasil meditasinya.

Cara-cara dan akibat bermeditasi.

Cara bermeditasi banyak sekali.

Adapun yang memulai dengan tubuh, arti meditasi dengan tubuh adalah mempergunakan menyerahkan tubuh ke dalam situasi hening. Lakuknya adalah dengan mempergunakan pernafasan, untuk mencapai keheningan, kita menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan teratur. Posisi tubuh carilah yang paling anda rasakan cocok / rileks, bisa duduk tegak, bisa berbaring dengan lurus dan rata. Bantuan untuk lebih khusuk jika anada perlukan, pergunakan wangi-wangian dan atau mantra, musik yang cocok dengan selera anda, harus ada keyakinan dalam diri anda, bahwa alam semesta ini terdiri dari energi dan cahaya yang tiada habis-habisnya. Keyakinan itu anda pergunakan ketika menarik dan mengeluarkan nafas secara teratur. Ketika menarik nafas sesungguhnya menarik energi dan cahaya alam semesta yang akan mengharmoni dalam diri anda, tarik nafas tersebut harus dengan konsentrasi yang kuat. Ketika mengelurkan nafas dengan teratur juga, tubuh anda sesungguhnya didiamkan untuk beberapa saat. Jika dilakukan dengan sabar dan tekun serta teratur, manfaatnya tidak hanya untuk kesehatan tubuh saja tetapi juga ikut menumbuhkan rasa tenang.

Bermeditasi dengan usaha melihat cahaya alam semesta, yang dilakukan terus menerus secara teratur, akan dapat menumbuhkan ketenangan jiwa, karena perasaan-perasaan negatif seperti rasa kuatir atau takut, keinginan yang keras duniawi, benci dan sejenisnya akan sangat berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali, yang hasil akhirnya tumbuh ketenangan. Meditasi ini harus juga dilakukan dengan pernafasan yang teratur.

Kesulitan yang paling berat dalam bermeditasi adalah “ mengendalikan pikiran dengan pikiran “ artinya anda berusaha “ mengelola “ pikiran-pikiran anda, sampai mencapai keadaan “ Pikiran tidak ada “ dan anda tidak berpikir lagi, salah satu cara adalah “ mengososngkan pikiran “ dengan cara menfokuskan pikiran anda kepada suatu cita-cita, umpamanya cita-cita ingin menolong manusia manusia lain, cita-cita ingin manunggal dengan Tuhan. Cita-cita ingin berbakti kepada bangsa dan negara, cita-cita berdasarkan kasih sayang dan sejenis itu menjadi sumber fokus ketika hendak memasuki meditasi. Secara fisik ada yang berusaha “ mengosongkan pikiran “ dengan memfokuskan kepada “ bunyi nafas diri sendiri “ ketika awal meditasi, atau ada juga yang menfokuskan kepada nyala lilin atau ujung hidung sendiri.

Jika proses meditasi yang saya lukiskan tersebit diatas dapat anda lakukan dengan tepat, maka anda dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam pengertian spiritual, yang akibatnya pasti baik untuk diri anda sendiri, mungkin juga bermanfaat untuk manusia lain

Sesuatu itu jangan dijadikan tujuan meditasi, karena hasil sesuatu itu adalah hasil proses meditasi, bukan tujuan meditasi.

Jika dalm proses tersebut pikiran anda belum dapat anda “ kuasai atau hilangkan “ janganlah putus asa atau berhenti, tetapi juga memaksakan diri secara keterlaluan. Pengembangan selanjutnya dari proses meditasi tersebut, anda sendiri yang akan menemukan dan meneruskannya, karena berciri sangat pribadi.

Untuk dapt berhasil anda sangat perlu memiliki motivasi yang cukup pekat dan dalam, sehingga dengan tiada terasa anda akan bisa khusuk dalam keheningan bermeditasi. Jika menemui sesuatu, apakah itu cahaya atau suara atau gambaran-gambaran, jangan berhenti, teruskan meditasi anda. Pengalaman sesudah keadaan demikian, hanya andalah yang dapat mengetahui dan merasakannya, karena tiada kata kalimat dalam semua bahas bumi yang dapat menerangkan secara gamblang. Dalam keadaan demikian anda tidak lagi merasa lapar, mengantuk bahkan tidak mengatahui apa-apa lagi, kecuali anda tersadar kembali. Biasanya intuisi anda akan lebih tajam sesudah mengalami proses meditasi yang demikian itu, dan mungkin pula memperoleh “ pengetahuan “ tentang alam semesta atau lainnya.
Di dalam serat Wulang Reh, karya "kasusastran" Jawa (dalam bentuk syair) yang ditulis oleh Kanjeng Sunan Paku Buono IV, terdapat juga ajaran untuk hidup secara asketik, dengan mana usaha menuju kasampurnaning urip
Pada gulangen ing kalbu ing sasmita amrih lantip aja pijer mangan nendra kaprawiran den kaesti pesunen sarira nira sudanen dhahar lan guling (Intinya, orang harus melatih kepekaan hati agar tajam menangkap gejala dan tanda-tanda. termasuk ajaran tak boleh mengumbar nafsu makan serta tidur).
SAMADI

Samadi berasal dari kata : Sam artinya besar dan Adi artinya bagus atau indah. Seseorang yang melakukan samadi adalah seseorang yang mengambil posisi-patrap untuk meraih budi yang besar, indah dan suci.

Budi suci adalah budi yang diam tanpa nafsu, tanpa keinginan dan pamrih apapun. Inilah kondisi suwung ( kosong ) tetapi sebenarnya ada aktifitasdari getaran hidup murni murni sebagai sifat-sifat hidup dari Tuhan.

Budi suci terlihat seperti cahaya atau sinar yang disebut Nur, Nur itu adalah hati dari budi. Kesatuan dari budi dan nur secara mistis disebut curigo manjing warongko atau bersatunya kawula dan Gusti atau juga biasa digambarkan Bima manunggal dengan Dewa Ruci.

Istilah lainnya ialah Pangrucatan atau Kamukswan, pangrucatan itu arinya dilepas, apa yang dilepas ? pengaruh dari nafsu . mukswa artinya dihapus, apa yang dihapus ? pengaruh dari nafsu, oleh karena itu samadi adalah satu proses dari penyucian budi, budi menjadi nur. Di dalam nur ini, kawula bisa berkomunikasi dengan Gusti untuk menerima tuntunan sesuai dengan kedudukannya sebagai kawula.

Praktek Samadi

Waktu bersamadi orang bisa mengambil posisi duduk atau tidur telentang diatas tempat tidur. Pilihlah tempat yang bersih, tenang dan aman, bernafaslah dengan santai, pada posisi tidur kaki diluruskan, kedua tangan diletakkan didada. Dengarkanlah dengan penuh perhatian suara nafas dengan tenang, menghirup dan mengeluarkan udara melalui hidung. Ini akan membuat pikiran menjadi tidak aktif. Nikmatilah suara nafas dengan jalan menutup mata, ini sama seperti kalau memusatkan pandangan kepada pucuk hidung. Dengan melakukan ini, pikiran dinetralisir demikian juga angan-angan dan pengaruh panca indera. Sesudah itu nafsu dinetralisir didalam indera ke enam. Bila berhasil orang akan berada dalam suwung dan nur mendapatkan tuntunan mistis yang simbolis.

Manusia.

Manusia dicaptakan oleh Tuhan, manusia adalah makluk yangmempunyai :

1. Badan jasmani – badan kasar.

2. Badan jiwa – badan alus.

3. Badan cahaya – nur atau suksma

Dengan susunan seperti tersebut diatas, diharapkan akan mampu mengetahui “ Sangkan Paraning Dumadi “ ( makna perjalanan kehidupan )

Memahami Jagad Raya.

Sebelum adanya jagad raya, tidak ada apa-apa kecuali kekosongan dan suwung. Didalam suwung terdapat sifat-sifat hidup dari Tuhan, jagad raya adalah suatu Causa prima. Sifat-sifat hidup Tuhan terasa seperti getaran dan getaran ini terus menerus. Ada tiga elemen yang terdiri dari :

1. Elemen merah dengan sinar merah, ini panas

2. Elemen biru dengan sinar biru, ini dingin

3. Elemen kuning dengan sinar kuning, ini menakjubkan.

Elemen-elemen ini selalu bergetar. Sebagai hasil dari perpaduan ketiga elemen tersebut, elemen ke empat lahir dengan warna putih atau putih keperak-perakan dan inilah yang disebut nur. Nur itu adalah sari dari jagad raya, ada yang menjadi calon planet, ada yang menjadi badan budi atau jiwa yaitu badan jiwa dari manusia, ketika nur menjadi sari dari badan jasmani manusia. Itu artinya didalam jagad raya dan galaksi akan selalu dilahirkan planet-planet dan bintang-bintang baru. Kondisi dari plenet-planet yang baru dilahirkan bisa berbeda antara yang satu dengan yang lain, karena tergantung kepada pengaruh dari tiga elemen tersebut, ada planet yang bisa dihuni dan yang tidak bisa dihuni.

Miyos saking renteging hawa

ambedah anggit prayitnaing pikir

sesumeh bayu ayuning asih

njembari pajar latuning titah

ilang lunganing ngawang

nemoni asrep reseping wening

Ono sanepa kagem pepiling

Wong kang ambudi daya kalawan anglakoni tapa utawa semedi kudu kanthi kapracayan kang nyukupi apa dene serenging lan kamempengan anggone nindhakake. Atine kudu santosa temenan supaya wong kang nindhakake sedyane mau ora nganti kadadeyan entek pengarep-arepe yen kagawa saka kuciwa dening kahanane badane, wong mau kudu nindakake pambudi dayane luwih saka wewangening wektu saka katamtuwaning laku kang dikantekake marang sawiji-wijining mantram lan ajaran ilmu gaib awit gede gedening kagelan iku ora kaya wong kang gagal enggone nindakake lakune rasa kuciwa kang mangkono iku nuwuhake prihatin lan getun, nganti andadekake ciliking ati lan enteking pangarep-arep. Sawise wong mau entek pangarep arepe lumrahe banjur trima bali bae marang panguripan adat sakene mung dadi wong lumrah maneh.

Kawruhana wong kang lagi miwiti ngyakinake ilmu gaib sok sok dheweke iku mesthi nemoni kagagalan kagagalan kang nuwuhake rasa kuciwa. Sawijining wewarah kang luwih becik tumrap wong kang lagi nglakoni kasutapan iya iku ati kang teguh santosa aja kesusu-susu lan aja bosenan ngemungake wong kang anduweni katetepan ati lan santosaning sedya sumedya ambanjurake ancase iya iku wong kang bakal kasembadan sedyane. Wong ngyakinake prabawa gaib iku anduweni kekarepan supaya dadi wong lanang temenan kang diendahake dening wong akeh, iya anaa ing ngendi wae enggone nyugulake dirine, Amarehe diwedeni ing wong akeh panguwuhe gawe kekesing wong yen anyentak dadi panggugupake lan gawe gemeter dirine, ditrisnani ing wong akeh pitembungane digatekake lan pakartine diluhurake ing wong akeh, iya pancen nyata wong liyane mesthi tunduk marang sawijining wong kang ahli ilmu.

Wong ahli kasutapan tansah yakin enggone ngumpulake kekuwatan gaib ing dalem dhirine. Ana paedahe kang migunani banget manawa wong nindakake pambudi daya kalawan misah dheweke ana ing papan kang sepi karana tinimune kekuwatan gaib iku sok-sok tinemu dhewekan ana ing sepen. Wong ahli kasutapan kudu budidaya bisane nglawan marang nepsune kekarepan umum (kekarepan wong akeh kang campur bawur ngumandang ana ing swasana), kalawan tumindak mangkono wong ahli kasutapan mau dadi nduweni pikiran-pikiran kang mardhika, iya pikiran-pikiran kang mangkono iku kang bisa nekakake kasekten gaib.

Sangsaya akeh kehing kang kena tinides, uga sangsaya gedhe tumandhoning kekuwatan gaib kang kinumpulake. Kekuwatan gaib iku tansah makarti tanpa kendhat enggone mujudake sedya lan nganakake kekarepan. Wong ahli kasutapan kudu anduweni ati kang tetep lan kekarepan kan dereng, kalawan ora maelu marang anane pakewuh pakewuhe lan kagagalan-kagagalaning. Kasekten iku kaperang ana rong warna, iya iku kasekten putih (Witte magie/white magic) utawa kasekten ireng (Zwarte magie/Black Magic). Awit saka anane perangan mau banjur dadi kanyatan yen perangan kang sawiji iku becik, dene perangan liyane ala.

Kasekten putih iku satemene ilmu Allah Kang Maha Luhur wis mesthi bae kapigunakake mligi kanggo kaslametane wong akeh. Dene kasekten ireng iku ilmu kaprajuritan kang kapigunakake luwih-luwih kanggo nelukake kalayan paripaksa, sarta bakal anjalari kacilakaning wong liya. Ananing sakaro karone saka sumber ilmu Allah sarta sakaro karane iku padha dipigunakake kalawan atas asma Allah. Tinemune ilmu-ilmu kasekten iki saranane kalawan kekuwataning pikiran pikiran iku manawa kagolongake meleng sawiji bisa nuwuhake kekuwatan kaya panggendeng kang rosa banget tumrap marang apa bae kang dipikir lan disedya.

Wong kang nglakonitapa kalawan nindakake laku-laku kang tinemtokake wis mesthi bae gumolonging pikirane bebarengan padha kumpul dadi siji sarta katujokake marang apa kang disedya kalawan mangkono iku kekuwatan daya anarik migunakake sarosaning kekuwatane banjur anarik apa kang dikarepake. Swasana kang katone kaya dene kothong bae iku satemene ana drate rupa-rupa kayata : geni murub emas kayu lemah waja, electrieiteit zunrstof koolzunr sarpaning Zunr lan isih akeh liya-liyane maneh.

Samengko umpamane ban ana sawijining wong kang lagi tapa kalawan duwe sedya supaya andarbeni daya prabawa kang luwih gedhe sarta anindakake sakehing kekuwatan pikiran kalawan ditujokake marang sedyane mau nganti nuwuhake daya prabawa. Kekuwataning daya anarik saka pikiran iku banjur anarik dzat ing swasana kang pinuju salaras karo daya prabawa mau kalawan saka sathithik sarta sareh dzat daya prabawa kang ing swasana iku katarik mlebu ing dalem badane wong kang lagi tapa mau. Kalawan mangkono dzat "prabawa" iku dadi kumpul ing dalem badane wong narik dzat iku nganti tumeka wusanane badane wong ahli tapa, iku bisa metokake daya prabawa kang gedhe daya karosane.

Wong kang andarbeni ilmu kang mangoko iku dadi sawijining wong kang sakti mandraguna. Tumrap wong-wong kang nglakoni tapa ditetepake pralambang telu : Diyan, Jubah lan Teken. Diyan minangka pralambanging pepadhang, tumrap kahanan kang umpetan utawa gaib. Jubah minangka dadi pralambange katentremaning ati kang sampurna, dene teken minangka dadi pralambanging kekuwatan gaib.

Ing dalem sasuwene wong nglakoni tapa iku prelu banget kudu migateake marang sirikane, kayata : wedi, nepsu, sengit, semang-semang lan drengki. Rasa wedi iku sawijining pangrasa kang luwih saka angel penyegahe. Menawa isih kadunungan rasa wedi ing dalem atine wong ora bakal bisa kasambadan apa kang disedyaak. Kalawan "rasa wedi" iku atining wong dadi ora bisa anduweni budi daya apa-apa.

Sajrone nglakoni tapa utawa salagine ngumpulake kekuwatan gaib, atining wong iku mesthi kudu tetep tentrem lan ayem sanadyan ana kadadeyan apa wae. Manawa atine wong iku nganti gugur, kasutapan iya uga dadi gugur lan kudu lekas wiwit maneh. Gegeman kalawan wadi sakehing ilmu gaib lkang lagi pinarsudi, luwih becik murih nyataning kasekten tinimbang karo susumbar kalawan kuwentos kayakenthos.

"Nepsu" iku andadekake tanpa dayane kekuwataning batin. "Semang-semang" iku andadekake ati kang peteng ora padhang terang. "Sengit utawa drengki" iku uga dadi mungsuhing kekuwatan gaib. Wong kang lagi nindakake katamtuwan ing dalem kasutapan kudu kalawan ati kang sabar anteng lan tetep. Patrapebadan kang kaku lan kagugupan kudu didohake .

*

Aja sok singsot
*

Aja duwe lageyan sok nethek nethek kalawan driji tangan marang meja kursi utawa papan liyane.
*

Aja ngentrok-entrokake sikil munggah mudhun.
*

Aja sok anggigit kukuning dariji tangan.
*

Aja mencap-mencepake lambe.
*

Aja molahake lidhah lan andhilati lambe.
*

Aja narithilake kedheping mata.
*

Ngedohake sakehing saradan utawa bendana kang ora becik, kayata glegak-glegek molah-molahake sirah, kukur-kukur sirah, ngangkat pundhak lan liya-liyane sabangsane saradan kabeh.

Satemene perlu banget nyirnakake kekarepan "drengki" luk wit ngrasaning karep drengki iku banget nindhih marang diri pribadi. Ana maneh "drengki" iku kaya anggawa sawijining pikulan abot kang tansah nindhes marang dhiri lan sarupa ana barang atos medhokol kang angganjel pulung ati. "Drengki lan meri" iku mung anggawa karugiyan bae tumrap kita, ora ana gunane sathithik -thithika. Salawase wong isih anduweni pangrasan karep "drengki lan meri" iku ora bakal bisa tumeka kamajuwane tumrap dunya prabawaning gaib.

Ora mung tumindak bae tumrap sawijining wong bae bisa maluyakake wong liya kalawan kekuwatan gaib nanging uga tumindak tumrap sawijining wong maluyakake dhiri pribadi kalawan kekuwatan iku. Bisane maluyakake larane wong liya, mesthine kudu ngirima kekuwatan waluya marang sajroning badane wong kang lara. Manawa wong gelem naliti yen wong iku bisa ngumpulake kekuwatan gaib ing dalem badane dhewe lan ngetokake sabageyan kekuwatan gaib kawenehake marang wong liyane mestheni uwong bisa ngreti yen arep migunakake kekuwatan iku nganggo paedahe dhiri dhewe uga luwih gampang.

Supaya bisa nindhakake pamaluya marang dhirine dhewe kalawan sampurna wong ngesthi kudu mahamake cara-carane maluyakake panyakit. Iya iku cara-cara kang katindakake kanggo maluyakake wong liya lan wusanane ambudidaya supaya bisa migunakake obah-obahan iku marang awake dhewe.

Kawitane wong kudu nindakake patrape mangreh napas, kanggo negahake asabat. Dene carane ngatur napas iku kaprathelakake kalayan ringkes kaya ing ngisor iki :

*

Madika panggonan kang sepi.
*

Lungguha ing sawijining palinggihan kang endhek lan kepenak, sikil karo pisan tumapak ing lemah.
*

Badan kajejegake lan janggute diajokake.
*

Benik-beniking klambi kang kemancing padha kauculan, sabuk uga diuculi supaya sandangan dadi longgar lan kepenak kanggo tumindhak ing napas.
*

Pikiran katarik mlebu, supaya luwar saka sakehing geteran pikiran kaya saka ing jaba.
*

Sakehing urat-urat kakendokake.
*

Banjur narika napas kalawan alon lan nganti jero banget tahanen napas iku sawatara sekon/detik (kira-kira 6 detik) lan wusanane wetokna napas iku kalawan sareh.

Anujokna gumolonging pikiran kalawan ngetut marang napas kang mlebu metu iku kalawan giliran. Cara nindakake napas kaya ing ngisor iki :

*

Narik napas kalawan alon lan nganti jero ing sabisane, nganti dhadha mekar lan weteng dadi nglempet.
*

Nahan napas iku kira-kira nem saat utawa luwih suwe ing dalem paru-paru dhadhane cikben lestari mekare, lan wetenge cikben lestaringlempetake kalawan mangkono iku gurung dalaning napas tansah tetep menga.
*

Ambuangna napas kalawan alon nganti entek babar pisan nganti dhadha dadi kempes, lan weteng dadi mekar.
*

Banjurna marambah-rambah matrapake mangkono iku suwene kira-kira saka lima tumeka limolas menit utawa luwih suwe nganti bisa nemoni pangrasa anteng lan tentrem ing sajroning badan.


Carane matrapake kasebut ing dhuwur iku sawijining cara kanggo napakake napas, iki kena lan kudu ditindakake saben dina telung rambahan, dening sapa bae kang nglakoni tapa supaya oleh ilmu gaib. Daya kang luwih bagus iya iku miwiti makarti miturut pituduhan. Aja weya nindakake patrap kanggo napakake napas iku.

Cara matrapake tumindaking napas iku kena uga ditindakake kalayan leyeh-leyeh mlumah : ngendokake sakabehing urat-urat nyelehake tangan karo pisan sadhuwuring weteng lan nindakake lakuning napas miturut aturan. Daya ngisekake Prana Ngadeg kalawan jejeg sikil karo pisan kapepetake dadi siji lan driji -drijining tangan karo pisan dirangkep dadi siji kalawan longgar.

Banjur matrapa lakuning napas sawatara rambahan miturut aturan. Gawe segering utek lungguha kalawan jejeg lan nyelehna tangan karo pisan ing sandhuwuring pupu kiwa tengen: mripat mandheng marang arah ing ngarep kalawan tetep: sikil karo pisan tumadak ing lemah. Kalawan jempol tangan tengen anutup lenging grana sisih tengen lan anarika napas liwat lenging grana sisih kiwa, wusana nglepasake jempol iku banjur ambuwang napas lan nutupa lenging grana kiwa kalawan driji narika napas liwat lenging grana tengen, lepasna driji panutup iku lan ambuwanga napas. Mangkono sabanjure kalawan genti-genten kiwa lan tengen.