Air, Api, Tanah, Udara dan Bisnis Software Lokal

Air, Api, Tanah, Udara dan Bisnis Software Lokal (1)
Wicaksono Hidayat - detikInet

(wsh/inet)
Kuala Lumpur, Empat elemen penyusun kehidupan, menurut pandangan klasik Yunani, adalah api, tanah, udara, dan air. Dalam banyak kisah populer keempat elemen ini dijadikan unsur yang perlu ada untuk mencapai kesempurnaan.

Untuk mengembangkan bisnis produk piranti lunak juga terdapat empat elemen. Di Indonesia, keempat elemen itu masih belum sepenuhnya dikuasai.

Kurangnya bisnis piranti lunak di Indonesia menjadi perhatian Refany Iskandar, Director Corporate Busines Microsoft Indonesia. Hal itu dikemukakannya saat ditemui di sela-sela Microsoft TechEd 2006, Kuala Lumpur Convention Center, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (06/09/2006).

Jika dibandingkan developer di Singapura atau Malaysia, Refany mengatakan, pengembang piranti lunak di Indonesia kurang memiliki business mindset. "Ibaratnya dokter, kalau sendiri dia bisa buka praktek sendiri, tapi kalau beramai-ramai mereka bisa buka Rumah Sakit. Idealnya di Indonesia developer juga bisa begitu," ujar Refany.

Pernyataan Refany ini kemudian menjadi pemicu diskusi hangat di kalangan developer Indonesia yang turut hadir dalam TechEd 2006. Diskusi dipimpin oleh Risman Adnan, Senior Developer Evangelist, PT. Microsoft Indonesia.

Dari hasil diskusi itulah bisa ditarik kesimpulan adanya empat elemen yang masih kurang dalam bisnis piranti lunak di Indonesia. Keempatnya adalah venture capital, wawasan bisnis, sumber daya manusia, dan riset/inovasi.

Udara: Venture Capital

Dondy Bappedyanto, Microsoft MVP (Most Valuable Professional), mengatakan di Indonesia masih belum ada penyedia modal ventura yang mau melakukan investasi di bidang TI. Padahal, di negara-negara maju, adanya modal ventura telah melahirkan banyak perusahaan piranti lunak yang sukses.

Pengembangan produk piranti lunak yang memiliki potensi sukses cukup baik, ujar Doddy, adalah produk yang bisa menggarap ceruk pasar tertentu. "Namun untuk melakukan itu harus deep pocket alias bermodal tinggi," katanya.

Bagaikan elemen udara, yang digunakan manusia untuk bernapas, modal adalah unsur yang memungkinkan bisnis piranti lunak memulai langkahnya. Tanpa pemodal ventura, developer lebih mudah takut saat memasuki pasar piranti lunak.

Ketakutan tersebut bisa mendesak developer untuk mengambil 'jalan aman'. Jika ini yang dipilih, pengembang piranti lunak akan mirip seperti penjahit pakaian yaitu hanya membuat produk sesuai pesanan pelanggan.

Risman mengatakan hal itu bukan sesuatu yang tidak baik. Namun, ujarnya, jalur ini berisiko menjadikan ilmu sang developer tidak berkembang.

Tanah: Wawasan Bisnis

Kurniawan Leonardi, Managing Director perusahaan software lokal QPro, menekankan pentingnya wawasan bisnis dalam pengembangan produk piranti lunak. Wawasan bisnis itu mencakup pengetahuan terhadap proses bisnis hingga intuisi berbisnis piranti lunak.

Wawasan bisnis dalam pengembangan produk piranti lunak bagaikan tanah bagi tumbuhan. Tanah, yang mengandung berbagai zat hara, merupakan tempat tumbuhan mencengkeramkan akar dan hidup.

Wawasan bisnis, tutur Kurniawan, memungkinkan perusahaan piranti lunak menghadirkan sebuah solusi yang bisa digunakan oleh kliennya. "Jika sudah menguasai business process untuk industri tertentu maka kita bisa mengembangkan piranti lunak untuk berbagai perusahaan dalam industri tersebut," ia menambahkan.

QPro, perusahaan yang dipimpin Kurniawan, merupakan produsen piranti lunak lokal yang mengejar ceruk pasar di industri kesehatan. Saat ini QPro, yang memakai platform Microsoft .NET, telah memiliki 40 klien Rumah Sakit yang tersebar dari Aceh hingga Papua. (wsh)


Air, Api, Tanah, Udara dan Bisnis Software Lokal (2)
Wicaksono Hidayat - detikInet

(wsh/inet)
Kuala Lumpur, Empat elemen penyusun kehidupan, menurut pandangan klasik Yunani, adalah api, tanah, udara, dan air. Dalam banyak kisah populer keempat elemen ini dijadikan unsur yang perlu ada untuk mencapai kesempurnaan.

Untuk mengembangkan bisnis produk piranti lunak juga terdapat empat elemen. Di Indonesia, keempat elemen itu masih belum sepenuhnya dikuasai.

Berikut adalah elemen air dan api dalam bisnis software lokal (elemen udara dan tanah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya).

Air: Sumberdaya Manusia

Air adalah unsur yang menyegarkan, namun di sisi lain juga bisa membahayakan jika berbentuk banjir atau gelombang pasang tsunami. Sumberdaya manusia (SDM) pun demikian, oleh karena itu sebuah perusahaan piranti lunak harus bisa memelihara SDM dengan baik.

Risman, misalnya, menceritakan bagaimana seorang pengembang di Indonesia kerap tidak memiliki jalur karir dalam sebuah perusahaan. Padahal di negara lain ada opsi yang memungkinkan seorang pengembang tetap di jalur teknis namun dengan kompensasi setara eksekutif atau manajerial.

Di Indonesia, seorang pengembang piranti lunak harus mengambil jalur manajerial untuk memajukan karirnya. Hal ini bisa jadi akan menyebabkan 'larinya' pengembang berbakat ke perusahaan lain. Pasalnya, mengambil jalur manajerial bisa diibaratkan memulai karir dari nol.

Elemen SDM developer di Indonesia pun dinilai masih banyak kekurangan. Hampir semua peserta diskusi merasa kesulitan mencari developer asal Indonesia yang memiliki cukup keahlian dan keterampilan untuk bertahan di lingkungan bisnis.

Pada kesempatan yang berbeda Risman pun sempat mengkritisi kurikulum TI di pendidikan tinggi Indonesia. Beberapa hal-hal dasar pengembangan TI, ujar Risman, justru kurang kuat dalam kurikulum. Hal dasar itu termasuk algoritma dan struktur data yang merupakan pondasi TI.

Api: Riset dan Inovasi

Bagaikan api yang melambangkan semangat dan vitalitas, sebuah bisnis produk piranti lunak tanpa riset adalah bisnis yang lesu. Kurniawan mengatakan dirinya menaruh perhatian khusus pada proses riset dan pengembangan produk.

Risman menambahkan, riset dalam perusahaan idealnya merupakan sebuah unit yang terstruktur. Proses riset, meski umumnya merupakan penyerap banyak biaya operasional, dapat menghasilkan produk yang inovatif.

Inovasi produk menurut Kurniawan bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan piranti lunak. Oleh karena itu, Kurniawan mengatakan, dirinya selalu terlibat dalam pengembangan produk dan kerap memberi tantangan pada developer QPro.

"Kalau hanya mengembangkan sesuai standar tertentu, rasanya semua orang bisa. Oleh karena itu perlu sisi art, sesuatu yang akan memberi nilai tambah pada produk yang dihasilkan," tukasnya.

Keempat elemen tersebut diyakini bisa membantu sukses produsen piranti lunak. Namun Kurniawan mengingatkan bahwa sukses baru bisa dicapai melalui sebuah proses. "Tidak ada yang tiba-tiba langsung jadi," ia menegaskan.

Pada kesempatan TechEd 2006 terdapat empat orang pembicara yang berasal dari Indonesia. Risman mengatakan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi komunitas developer di Indonesia. Para pembicara itu adalah Risman, Dondy, serta Norman Sasono (Microsoft MVP) dan M. Choirul amri (Microsoft MVP)(wsh)

Tidak ada komentar: