Jaman Edan

Mensikapi jaman edan seperti sekarang ini, memang sulit. Budi pekerti telah ditinggalkan oleh sebagian besar warga Nusantara. Ungkapan hanya wacana belaka, lain dimulut lain pula dihatinya. Banyak orang yang sombong - bekerja tanpa sembahyang, banyak orang yang bohong - terus bersembahyang tanpa usaha.

=== Jaman Edan ===

Sebentar lagi kita akan masuk masa transisi, setelah rangkaian krisis ekonomi, politik, lalu krisis legitimasi dan krisis motivasi. Di tengah gejolak ini, akan makin banyak orang yang serong hatinya. Mulai dari para pemimpin negara, yang sudah mencuri start untuk kampanye. Legislatif lebih banyak bicara akan tetapi miskin karya. Mahkamah Agung saling bantah dan lomba atarung dengan Komisi Yudisial, di media massa. SUNGGUH-SUNGGUH EDAN dan memalukan.

Saya yakin banyak orang yang hatinya "miris". Ikut edan tidak tahan, karena masih punya setitik nurani. Akan tetapi kalau tidak ikut geraknya jaman, jadi tidak pernah mendapatkan bagian kenikmatan hasil pembangunan, malah makin melarat, mengalami hidup yang sangat berat, bahkan hutang-hutangpun terus menjerat.

Masalah yang dihadapi oleh bangsa semakin dahsyat, apalagi kita masih belum punya pimpinan yang kuat. Janji-janji yang diungkap, hanya memberikan ketenangan sesaat, tapi lama kelamaan, masyarakat kok tambah nekat, bahkan menjadi bejat. Pimpinan lain eeehh... berkoar dikoran dan senangnya hanya menghujat.

Sodara-sodaraku,

Tidakkah kau lihat, bencana rusaknya tatanan masyarakat, bukan hanya ulah manusia bejat, akan tetapi bencana alampun kita dapat, karena Sang Kuasa menghendaki agar kita tetap ingat.

Di masa seperti ini, baiknya kita selalu berdoa memasrahkan diri untuk menerima kehendak illahi. Berdoa secara pasif artinya memohon ampun dan memuji kebesarannya, dan secara aktif, bekerja sesuai dengan hukum-hukum, aturan, dharma yang ditetapkNya.

Sadarlah ... sebahagia-bahagianya orang yang lupa.... akan lebih bahagia nantinya ... orang yang selalu 'eling' dan tetap waspada. Eling agar dapat terus membangun kebaikan, dan selalu waspada terhadap begundal-begundal yang selalu mengail diair keruh, menjarah harta pusaka Nusantara, dan apabila kita sudah kisruh, mereka akan hengkang ke negeri seberang.

Ingatlah karangan pujangga besar Ronggowarsito, amenangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi, melu edan nora tahan, yan tan melu anglakoni, boya kaduman melik, kaliren wekasan ipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjane kang lali luwih begja kang eling lan waspada.

Sebentar lagi, tanda perubahan akan muncul, Gunung Merapi Meletus, Laharnya Berbau Amis. Lalu apa yang harus kita lakukan agar Tanah dan Masyarakat Nusantara Selamat ? Gusti Allah diyakini tidak akan membiarkan orang-orang yang 'eling' dan 'waspada', terseret oleh derasnya Jaman.

Ia akan memberikan petunjuk agar kita selamat, pada saat yang tepat dan melalui orang yang tepat...

Salam hormat,
Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: