Enigma Merapi dan Sejarah Mataram

Sarasehan Budaya
”ENIGMA MERAPI DAN SEJARAH MATARAM”
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta

Gunung Merapi memang merupakan sebuah enigma dan disinyalir pernah menjadi penyebab bergesernya sebuah pusat kebudayaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar satu milenium yang lalu.

Van Bemmelen (1949) dalam bukunya “The Geology of Indonesia” menyatakan bahwa Merapi meletus secara dahsyat pada tahun 1006. Banyak ahli mengaitkan peristiwa ini dengan kehancuran Mataram Hindu, namun tidak sedikit yang mempertanyakan kebenaran kejadian ini. Berbagai penelitian telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa Gunung Merapi memang sangat aktif dan kerap meletus sejak dahulu kala termasuk sekitar abad ke-10 hingga 13.

Di samping mengancam kehidupan dengan bencana, Gunung Merapi juga memberikan anugerah kepada masyarakat di sekitarnya berupa lahan nan subur, air tanah dan sumber daya mineral industri yang berlimpah, serta pemandangan indah. Dengan kondisi seperti di atas banyak masyarakat menggantungkan kehidupan dan melakukan kegiatan di sekitar kaki Gunung Merapi yang berarti mereka juga hidup dalam ancaman bencananya baik letusan maupun banjir laharnya.

Selain Gunung Merapi Indonesia juga memiliki sejumlah gunungapi aktif lainnya yang perlu diteliti dan diamati aktivitasnya. Untuk mengenal dan mengetahui karakteristik gunungapi lebih dalam, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta mencanangkan suatu kegiatan yaitu “Volcano International Gathering 2006”. Acara ini akan menghimpun para pakar, ilmuwan, akademisi, budayawan, sejarawan, ahli lingkungan, dan pemerhati gunungapi untuk mengkaji, mengupas, membahas, dan mendialogkan berbagai aspek tentang gunungapi pada umumnya dan Gunung Merapi pada khususnya. Berbagai kegiatan akan dilaksanakan antara lain festival film dokumenter, Merapi Photo Rally, dan Interdisciplinary Conference sebagai puncak acara yang rencana penyelenggaraannya akan bekerjasama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada bulan September 2006 yang akan datang.

Dalam rangka mengawali kegiatan “Volcano International Gathering 2006”, Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta pada tanggal 22 dan 23 Februari 2006 telah menyelenggarakan Widya Wisata dan Sarasehan Budaya dengan tema “Enigma Merapi dan Sejarah Mataram”.

Sarasehan yang diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Volcano International Gathering ini bertujuan untuk:

1.

Menguak dan mengenal enigma Merapi dari kajian budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan.
2.

Menggali kembali peran Merapi dalam sejarah dan kehidupan sejak Mataram Hindu, Mataram Islam dan masa kini
3.

Menyediakan ajang tukar pengalaman, perluasan pengetahuan, dan pengayaan wawasan tentang Merapi di antara para ahli, ilmuwan, budayawan, seniman serta siapapun yang peduli dengannya.
4.

Mewujudkan perenungan dan introspeksi diri atas semua bencana yang pernah terjadi serta ungkapan rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada kita melalui Merapi.

Dalam acara pembukaan Sarasehan, Kepala Badan Geologi DESDM, Bambang Dwiyanto diminta memberikan sambutan. Sementara sambutan kunci disampaikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang sekaligus membuka secara resmi acara sarasehan tersebut. Hadir dalam acara tersebut para Bupati, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, para Dosen, Budayawan, Sejarawan, wakil-wakil Lembaga Swadaya Masyarakat, Pegawai Pemerintahan Daerah, Pegawai Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan mahasiswa.

Kepala Badan Geologi dalam sambutannya mengupas Gunung Merapi dari segi ilmiah khususnya pemantauan kegiatan Gunung Merapi dari mulai Zaman Belanda hingga saat ini. Disampaikan pula bahwa begitu pentingnya Gunung Merapi baik dari segi ilmu pengetahuan maupun perlindungan masyarakat dari bahaya letusannya hingga mengharuskan kita melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengamatan secara terus-menerus.

Aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti, sehingga menjadi lahan yang lengkap bagi para ahli, baik dari dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang kegunungapian. Penelitian dan pemantauan yang dilakukan oleh para ahli gunungapi Indonesia bersama ahli gunungapi luar negeri dalam kurun waktu yang lama akan banyak membantu menguak sejarah letusan dan karakteristik Gunung Merapi yang akan menjadi referensi Gunung Merapi. Tentunya hal ini juga akan sangat membantu dalam mitigasi bencana letusan Gunung Merapi dimana sasarannya agar masyarakat dan aparat siap bila terjadi letusan.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, telah melakukan berbagai penelitian dan pengamatan Gunung Merapi dari berbagai aspek mulai dari geologi, geofisika maupun geokimia. Dari aspek geologi (Volcano Stratigrafi), telah didapat data-data baru yang mengungkap sejarah letusan Gunung Merapi yang tentunya dapat membantu memberikan jawaban dalam mengungkap sejarah Mataram Hindu khususnya keterkaitan candi-candi yang terkubur pada era tersebut dengan letusan Gunung Merapi.

Pada akhir sambutan, Kepala Badan Geologi menyampaikan harapan bahwa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang kegunungapian, dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan khususnya Gunung Merapi maupun bagi ilmu lain yang berkaitan seperti arkeologi dalam mengungkap kebenaran sejarah. Kepala Badan juga berharap sarasehan ini dapat menghasilkan sesuatu yang dapat memberikan sumbangsih bagi kemakmuran, kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di Sekitar Gunung Merapi

Sementara itu dalam Sambutan Kunci Sri Sultan Hamengkubuwono X yang diberi judul “Fenomena Merapi dan Misteri Mataram”, mengupas khasanah pengetahuan dan peran Gunung Merapi dari segi budaya dan sejarah mulai dari Mataram Hindu (Kuno) hingga Mataram Islam. Sri Sultan dalam kerangka pikirnya menempatkan lingkungan alam berupa enigma Merapi sebagai tantangan yang berpengaruh pada Sejarah Mataram, yang dalam banyak hal masih penuh misteri yang mengundang interpretasi dari para sejarawan, budayawan maupun yang lain termasuk ilmuwan gunungapi. Selain masalah budaya dan sejarah, disinggung pula tulisan-tulisan para ahli geologi yang menyatakan bahwa Merapi pernah meletus pada tahun 1006, namun beliau juga menyampaikan bahwa masih banyak perdebatan-perdebatan tentang hal ini yang tentunya memerlukan pemahaman dan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui kebenarannya. Pengenalan terhadap karakter Gunung Merapi diperlukan, agar masyarakat lebih siap dan tanggap dalam mengoptimalkan manajemen bencana (disaster management) yang berbasis masyarakat, bila saatnya bencana datang tiba-tiba. Pengembangan teknologi pemantauan gunungapi diharapkan dapat membantu dan melindungi masyarakat dari bencana letusan Gunung Merapi.

Menjelang puncak acara “Volcano International Gathering 2006” bulan September yang akan datang, mari kita bersama-sama memberikan sumbangsih pengetahuan tentang kegunungapian khususnya Gunung Merapi untuk menambah khasanah pengetahuan dan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang masih belum terjawab. (Agung Pribadi-SBG)

Tidak ada komentar: