Paro Pakarah Punyaya, Papaya Para Pidanam

Nyucuk Angiberake. Nyucuk berarti menyucuk atau mematuk, angiberake
berarti membawa pergi atau mengedarkan. Kiasan ini mengacu pada
perilaku burung yang mematuk makanan dan lalu membawanya pergi.
Dalam masa-masa susah menghadapi bencana, oknum pejabat maupun para
penjahat bejat, akan berusaha memanfaatkan keadaan ini, untuk
kepentingan pribadi. Istilah kerennya – aji mumpung.

Masih ingat ketua LSM Aceh, berambut kuncir, yang omongnya pedes …
eh ternyata tukang colong, bles ditonjok, lalu masuk penjara, nggak
tau nasibnya jadi gimana. Nanti kalo lepas lagi … pasti cuap-cuap
kayak mantan pejabat … si mulut pedas … dikoran tulisannya cemerlang …
tapi saat dia jadi pejabat … tak ada yang diperbuat, dasar tukang
onani, suka sok hebat !

Segar dalam ingatan, mantan ketua komite independen pemantau pemilu,
rambut gondrong, mulut hitam karena rokok? Waktu jadi LSM kritik
pedas bertubi-tubi tentang pemilu. Tapi ketika dia yang
jadi 'pelaksana' ... eh... bobrok juga, digertak dikit ama
pemeriksa – nyogok – ketangkep - masuk bui. Syukurlah maling
berjamaah di KPU, kena hajar semua, dan masuk hotel prodeo, tinggal
sisa-sisa yang masih punya beckingan.

Model orang-orang seperti ini sekarang sedang gentayangan. Kalau
ngomong, mengatas-namakan rakyat, gayanya ulama beriman, tapi
hatinya preman. Penusuk kawan seiring, penggunting dalam lipatan –
gaya si pemimpin legislatif. Tinggal glanggang colong playu – kabur
ketika dipercaya dan dapat mandat jadi pejabat, karena ada
kesempatan jabatan yang lebih tinggi. Biasanya kalo sekali
berkhianat mungkin bisa tobat. Tapi kalo sampai 2 kali jadi menteri
pejabat dan berkhianat pada yang mengangkat. Sudah pasti ada saat
yang ketiga yaitu berkhianat pada rakyat.

Orang-orang jenis ini, selalu mengambil kesempatan kalo ada peluang,
aji mumpung tanpa memperhatikan tata krama. Bagai perilaku burung,
yang mematuk makanan dan kemudian membawanya pergi. Celakanya
perutnya bukan perut burung, keinginannya bukan keinginan burung,
tapi dia manusia berperilaku raksasa yang memiliki keinginan bagai
samudra tanpa batas.

Pepatah Nyucuk Angiberake ini cocok menggambarkan perilaku seseorang
yang memanfaatkan aji mumpung. Kalau ada bencana, para oknum-oknum
bagai burung-burung berdatangan mendekati padi yang sedang
menguning. Membawa muka beriman, tapi hatinya preman, berlagak domba
tapi hatinya serigala. Dapat dikatakan bahwa nyucuk angiberake
adalah orang yang nggutukake `mencari keuntungan sebanyak-banyaknya'
tanpa mempertimbangkan etika atau tatakrama. Di dalam lingkungan
masyarakat Jawa seseorang memang diperbolehkan mencari keuntungan,
namun semua ini baru disetujui sejauh tidak melanggar tatanan
kesopanan dan kewajaran.

Hai sodara-sodara se Nusantara !

Ingatlah akan hukum karma. Paro pakarah punyaya, papaya para
pidanam. Barang siapa berbuat kebajikan dia akan mendapatkan pahala,
dan jika berbuat cela – papa - hina pasti akan mendapat pidana atau
hukuman. Dalam waktu dekat, putaran Hukum Karma, akan dipercepat,
terutama bagi para ulama keparat, ningrat penjahat dan pedagang-
pedagang bejat, yang mengambil keuntungan pribadi, baik berupa
keuntungan ekonomis ataupun politis.

Sang Penguasa Alam semesta berkepentingan untuk menunjukkan
kebenaran Hukum Karma pada rakyat jelata yang menderita. Hukum Karma
yang akan ditegakkan, akan menjadi pelajaran utama dan pegangan
penting bagi masyarakat ketika tatanan baru dibentuk.

Jangan coba-coba ambil untung pribadi dari bencana dan derita,
ingatlah sekali lagi – Paro Pakarah Punyaya, Papaya Para Pidanam.
Barangsiapa berbuat baik akan dapat pahala, yang berbuat cela, papa,
nista pasti akan mendapat pidana. Saya yakin, Sang Penguasa Alam tak
pernah tidur, melihat tingkah polah cecunguk-cecunguk yang merusak
Nusantara.

Semoga yang sedang menderita tetap tabah, seraya memantapkan
keyakinan, bahwa Dia sudah dan akan 'datang', membantu membangun
kembali jati diri bangsa Nusantara ...


Merdeka



Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: