Gunung Tampak Megah dari Kejauhan

Gunung Tampak Megah dari Kejauhan magnify

Dalam suatu kesempatan, saya pergi menatap Gunung Batukaru. Gunung itu tampak megah, diselimuti oleh rimbunnya hutan dan dikakinya terhampar hijau persawahan. Lalu bersama teman, kami mendaki Gunung Megah itu. Melewati jurang, rimbunnya pohon, diganggu serangga, terkejut oleh cepatnya ular lari di sebelah kami. Malam mencekam, kunang-kunang berkeliaran. Sampailah kami di tempat tujuan, desa Carang Sari, dipunggung Gunung Batukaru. Sampai di atas, saya merenung, apakah yang saya dapat dari perjalanan ini ?

Kita harus meniru ”laku” Gunung Batukaru, yang tampak megah dari kejauhan. Seorang pemimpin, sudah semestinya kita tidak terlalu dekat dengan orang lain, atau membiarkan orang lain terlalu dekat dengan dirinya. Bagai bintang-bintang bertaburan di kelamnya malam, tidak terlalu dekat, hingga mereka dapat melindungi kemegahannya.

Kejauhan menimbulkan kewibawaan, kedekatan hanya membuahkan rasa muak. Semakin jarang sesuatu dikomunikasikan, akan semakin terjaga nilainya.

Jangan terlalu dekat dengan siapapun. Dekat dengan atasan, akan berbahaya. Dekat dengan bawahan, karena tidak pantas dilakukan. Begitu juga, jangan terlalu dekat, dengan si jelata yang kurang pendidikan dan tak tahu malu. Kebaikan yang anda taburkan, tidak akan dihargai, karena si jelata menganggap itu sudah menjadi kewajiban anda. Kedekatan yang berlebihan, hanya menyebabkan diri anda diremehkan oleh si jelata.

Dan ibarat pohon, makin di puncak, maka akan makin sendiri, makin mudah tertiup angin. Karena itulah, anda harus memiliki akar yang kuat, sehingga tak mudah tumbang oleh terpaan angin.

Sang Gunung akan tampak megah dari kejauhan.

Salam hormat,

Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: