Sang Dalang dan WayangNya

Tujuan berdoa adalah untuk memohon kepada Gusti Allah, agar Dia mendengar dan menjawab doa kita dengan tepat. Gusti Allah memberikan rahmat karunia dan talenta yang spesifik untuk setiap individu, akan tetapi, doa adalah karunia dan hak istimewa untuk setiap orang. Doa adalah pembuka pintu tahta Sang Jiwa.

Lalu apakah perlu berdoa laksana orang munafik, bergerombol mengucap doa dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat, di tikungan keramaian agar supaya dilihat orang ? Tidakkah lebih baik ketika berdoa, masuk ke dalam kamar, tutup pintu dan berdoa mengetuk pintu tahta Sang Jiwa yang menjadi belahan tubuhmu ? Lalu apakah diperlukan kata panjang lebar dan mulut berbusa ? Bukankah Sang Jiwa telah mengetahui apa yang diperlukan, sebelum diminta kepada-Nya ?

Doa bukanlah untuk memaksa Sang Jiwa melakukan hal-hal yang kita minta. Tetapi semata-mata untuk datang kepadaNya dengan penuh percaya hingga apa yang kita perlukan akan diberikan kepada kita. Gusti Allah pasti akan menjawab doa hambaNya yang penuh percaya, namun tidak selalu dalam cara yang kita ingini. Dia paling mengetahui apa keperluan harian kita, di mana keperluan rohani kita lebih penting dari keperluan material.

Kita perlu menghargai betapa istimewanya untuk datang ke dalam hadirat Gusti Allah yang Mahakuasa dalam doa. Kita tahu kita perlu berdoa karena dengan doa, kita mengakui kebergantungan pada satu sumber di luar diri kita – satu kuasa yang lebih tinggi. Kita laksana wayang yang memasrahkan seluruh “hidup” kita pada kehendak sang dalang. Mensemayamkan Gusti Allah ke tengah kalbu, dan memasrahkan diri kita sebagai alat Gusti Allah untuk mewujudkan rencananya.

Semoga terwujud manunggaling kawula gusti – Gusti Allah menjadi semua dalam semua.

Semoga bermanfaat

Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: