B h a s i r a h (Mata Hati)

Saat ini, akan jatuh lagi seorang Brahmana Penjual Ayat ke dalam api neraka pekat. Mulut manis, menjual murah sorga dengan mempermainkan kalbu, namun Sang Brahmana keparat ternyata tiada mampu taat dengan ayat yang diucap. Brahmana sontoloyo ini, ilmunya telah kalah oleh nafsu setan berupa gejolak birahi mencaplok domba yang harus dilindunginya. Percayalah - perbuatan maksiat - pagar makan tanaman ini, sudah berlangsung lama.

Memposisikan diri sebagai Brahmana, sangat pantang mendustakan perkataan, tetapi silat lidah yang piawai ini, hanyalah untuk mengaburkan kebenaran sejati dengan berbagai pembenaran. Sesungguhnya ilmu-ilmu bathin untuk mengolah kalbu diketahui dengan mata hati (bhasirah), sedangkan orang yang memiliki mata "telanjang" jauh lebih banyak. Jika amal perbuatan Sang Brahmana bertentangan dengan ilmu yang terucap maka sebarang ucapannya tidak akan memiliki daya bimbing lagi.

Apabila sang Brahmana Durjana melakukan perbuatan tercela, lalu berkata kepada orang lain “Janganlah engkau melakukannya !” maka hal ini akan menjadi racun perusak yang maha dahsyat. Orang-orang akan melecehkan dan menuduhnya, bahkan makin besar keinginan umat, untuk melakukan apa yang dilarangnya itu, seraya berfikir “Kalau bukan karena paling baik dan paling enak, pasti Sang Brahmana Pujaan tidak akan melakukannya”. Tingkah polah Brahmana penjual ayat dan umat, laksana bayangan sebuah tongkat, bagaimana bayangan bisa lurus jika tongkatnya bengkok ?

Ada sebuah kata bijak yang mengatakan “jangan kamu melarang suatu peringai tetapi kamu melakukannya. Aib bagimu, apabila kamu lakukan, dan akan menjadi dosa besar”, juga ada petuah yang berkata “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri ?”

Dosa Brahmana Durjana yang bermaksiat lebih besar dari dosa orang bodoh, karena dengan ketergelincirannya itu, akan membuat ketergelinciran orang banyak yang menjadikan Sang Brahmana sebagai panutan. Siapa yang memprakarsai suatu tradisi yang buruk maka ia mendapat dosanya dan juga menanggung dosa para pengikut yang melakukannya. Sesungguhnya kehancuran Brahmana yang pelempar sorban telah datang, walau senyum palsu disertai rangkaian kata berkilah penutup kebenaran yang sejati akan tetapi jelas-jelas dia tak mampu melawan nafsu bejat untuk melakukan maksiat membuang ayat yang telah terucap ke dalam goa nikmat janda berkarat.

Semoga jadi bahan pertimbangan bagi para domba-domba sesat, yang ternyata dibimbing oleh Gembala Bejat penjual ayat berdompet tebal, yang mengumpulkan harta, semata-mata untuk keperluan maksiat.

=== Duka lara Ki Jero Martani - rakyat jelata Nusantara
=== Semoga mendapat pertolongan Gusti Allah
=== karena jin brekasakan pasukan Ki Butalocaya, para danyang tanah nusantara,
=== sabdo palon dan naya genggong
=== telah sukses dalam memulai langkah pertama membangun tatanan baru di Nusantara
=== yang belum diketahui bagaimana bentuk akhirnya
===
=== Ih ratu ngurah tangkeb langit,
=== ratu wayan tebeng,
=== ratu made jelawung,
=== ratu nyoman sakti pengadangan
=== ratu ketut petung,
===
=== ojo lali sira asanak ring ulun apan ulun tan lali astiti bhakti ri sira
=== wehang ulung panugrahan "nusantara selamat sejahtera"
=== om windu siddha rasya muka angamet sarining merta kusuma
=== ya nama namah swaha
===
=== Yang tidak kelihatan
=== akan berperang tanpa balatentara
=== sakti tanpa merapal ajian
=== meraih kemenangan tanpa pujian

Salam hormat dan mohon maaf

Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: