Astha Brata

Anakku Ki Butalocaya, aku menulis ini bukan untuk sombong, dan merasa diri paling benar. Akan tetapi semata-mata untuk menjalankan tugas sebagai orang tua, yang harus mendidik anaknya. Akupun sadar, dalam mendidik anak selalu terjadi dualisme. Seorang Ayah menginginkan anaknya, menjadi seperti yang dia harapkan, berbarengan dengan itu, ada kesadaran bahwa Sang Anak, memiliki nasibnya sendiri. Aku ayahmu, akan berusaha menyusun tulisan yang menjadi bekal ilmu untukmu seindah dan sesistematis mungkin. Karena sadarlah : kumpulkanlah ilmu, karena dia yang akan menjagamu. Tapi jika harta saja yang kau kumpulkan, maka engkau yang akan selalu sibuk menjaganya.

Ilmu yang akan aku paparkan ini berasal dari tlatah Tanah Nusantara yang telah menjadi pegangan para raja sejak jaman dahulu kala. Berasal dari lakon wayang Wahyu Makutha Rama, salah satu lakon dari kakawin Ramayana, yang berisi ajaran Asta Brata. Asta berarti 8, sedangkan brata artinya sikap atau laku. Merupakan ajaran kepemimpinan mulia, warisan tanah Nusantara. Semoga ilmu ini, dapat meningkatkan kwalitas kepemimpinanmu, baik sebagai kepala keluarga ataupun nantinya jika engkau mendapat mandat dari rakyat. Astra Brata terdiri dari surya, candra, kartika, angkasa, bayu , samodra, agni, dan pertiwi.

Surya atau mentari. Dia memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Analogi ini mengharapkan seorang pemimpin untuk mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan bathin untuk dapat berkarya secara maksimal menurut swadharma atau bidang tugasnya masing-masing.

Candra atau rembulan. Memancarkan sinar di kegelapan malam. Cahaya rembulan yang lembut akan mampu menumbuhkan semangat dan harapan di tengan kegelapan. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat rakyatnya, walau dalam kelamnya duka karena bencana.

Kartika atau bintang. Memberikan sinar indah kemilau, jauh di langit, sehingga dapat menjadi petunjuk arah bagi yang memerlukan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan untuk berbuat kebaikan. Tak pernah ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

Angkasa atau langit. Luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya memiliki keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang beraneka ragam.

Bayu atau angin. Selalu ada dimana-mana, tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang kosong. Seorang pemimpin hendaknya dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.

Samodra atau lautan. Betapapun luasnya samudra, senantiasa mempunyai permukaan yang rata, bersifat sejuk menyegarkan. Sang pemimpin hendaknya mampu menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

Agni atau api. Api mempunyai kemampuan untuk membakar habisdan menghancur leburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas, tuntas dan tanpa pandang bulu.

Pertiwi atau bumi/tanah. Bumi mempunyai sifat kuat sekaligus murah hati. Selalu memberi hasil kepada siapapun yang mau berusaha mengolan dan memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, senang beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Anakku ki Butalocaya,

Semoga engkau dapat menerima, memahami dan dapat mengaplikasikan Asta Brata ini, untuk memandu setiap gerak langkah dalam melaksanakan swadharma atau tugas dan tanggung jawab yang engkau emban sekarang ini.

Salam Sayang,

Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: