[Beberapa patah kata pribadi dari Ir. Soekarno pada saat pidato Nawaksara]
Kemudian saja mau menjampaikan beberapa patah kata mengenai diri saja sendiri. Saudara-saudara semuanja mengetahui bahwat tatkala saja masih muda, amat muda sekali, saja miskin, dan oleh karena saja miskin, maka demikianlah sering kita utjapkan – saja tinggalkan ”this, material world”. Dunia djasmani saja ini, laksana saja tinggalkan, karena dunia djasmani ini tidak memberi hiburan dan kepuasan kepada saja, oleh karena saja miskin.
Maka saja meninggalkan dunia djasmani ini, dan saja masuk – kataku sering dalam pidato-pidato dan keterangan-keteranganku – ke dalam world of the mind. Saja meningalkan dunia yang ”material” ini, saja masuk kedalam ”world of the mind”, dunianya alam tjipta, dunia chajal, dunia fikiran.
Dan telah sering saja katakan bahwa, di dalam “world of mind” itu, disitu saja berdjumpa dengan nabi-nabi besar, dalam “world of the mind” itu saja berdjumpa dengan ahli falsafah-ahli falsafah yang besar, didalam “world of the mind” itu saja berdjumpa dengan pemimpin-pemimpin bangsa jang besar dan didalam “world of the mind” itu, saja berdjumpa dengan pedjoang-pedjoang kemerdekaan jang berkaliber besar.
Nah saja berdjumpa dengan orang-orang besar ini, tegasnja, djelasnja, dari batja buku-buku. Salah satu pemimpin besar dan salah satu bangsa jang berdjoang untuk kemerdekaan, mengutjapkan kalimat sebagai berikut : ”the cause of freedom is a deathless cause” – perdjoangan untuk kemerdekaan adalah satu perdjoangan jang tak mengenal mati, ”the cause of freedom is a deahtless cause”. Sesudah saja batja kalimat itu dan renungkan kalimat itu, bukan sadja saja tertarik kepada ”cause of freedom” daripada bangsa saja sendiri dan bukan sadja saja tertarik kepada ”cause of freedom” daripada seluruh umat manusia di dunia ini, tetapi karena saja tertarik kepada ”cause of freedom” ini, saja ingin menjumbangkan diriku kepada ”deathless cause” ini, ”deathless cause of my own people, deathless cause of all people on earth”.
Dan lantas saja mendapat kejakinan bukan sadja ”the cause of freedom is a deathless cause” tetapi juga ”the service of freedom is a deathless service”, pengabdian kepada perdjoangan kemerdekaan, itupun tidak mengenal maut, tidak mengenal habis, pengabdian yang sungguh-sungguh pengabdian, bukan ”service” jang hanja ”lip service”, tetapi service jang betul-betul masuk ke dalam djiwa, ”service” jang betul-betul pengabdian, ”service” jang demikian itu adalah satu ”deathless service”.
Dan saja tertarik oleh saja punya pendapat sendiri itu. Pendapat pemimpin besar daripada bangsa jang saja sitir tadi berkata : ”the cause of freedom is a deathless cause”. Saja berkata “not only the cause of freedom is a deahtless cause, but also the service of freedom is a deathless service”. Dan saja, saudara-saudara telah memberikan, menjumbangkan atau menawarkan diri saja sendiri dengan segala apa yang ada pada saja ini kepada “service of freedom”.
Dan saja sadar sekarang ini, “the service of freedom is a deathless service”, jang tidak mengenal habis, tidak mengenal achir, tidak mengenal maut. Itu adalah urusan isi hati. Badan manusia bisa hantjur, badan manusia bisa dimasukkan dalam kerangkeng, badan manusia bisa dimasukkan ke dalam pendjara, badan manusia bisa dibuang ke tanah pengasingan jang jauh daripada tempat kelahirannya, tetapi ia punya “service of freedom” tidak bisa ditembak mati, tidak bisa dikerangkeng, tidak bisa dibuang ke tempat pengasingan.
Dan saja beritahu kepada Saudara-saudara, menurut perasaanku sendiri, saja telah lebih daripada 35 tahun, hampir 40 tahun “dedicate myself to this service of freedom” dan saja menghendaki agar supaja seluruh, seluruh, seluruh Rakjat Indonesia, masing-masing djuga “dedicate” djiwa raganya kepada “service of freedom” ini, oleh karena memang “service of freedom” ini “is a deathless service”.
Tetapi achiernya segala sesuatu adalah didalam tanganNya Tuhan. Apakah Tuhan memberi saja “dedicate myself, my all to this service of freedom”, itu adalah Tuhan punja urusan. Karena itu, maka saja terus, terus, terus, selalu memohon kepada Allah SWT, agar saja diberi kesempatan untuk membuktikan, mendjalankan aku-punja “service of freedom” ini. Tuhan yang menentukan, de mens wikt, God beslist : manusia bisa berkehendak matjam-matjam, Tuhan jang menentukan. Demikian saja, bersandaran kepada keputusan Tuhan itu, Saudara-saudara. Tjuma saja djuga dihadapan Tuhan berkata, ja Allah, ja Rabbi berilah saja kesempatan, kekuatan, taufik, hidajat untuk ”dedicate myself to this great cause of freedom and to this great service of freedom”
Inilah saudara-saudara, jang hendak saja katakan kepadamu di waktu saja pada hari sekarang ini memberi laporan kepadamu sekalian. Moga-moga Tuhan selalu memimpin Saudara-saudara sekalian.
Sekian saudara ketua.
Pidato Presiden I Republik Indonesia
Ir. Soekarno
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar