Anakku Larassati, hentikan tangis dan cucuran air matamu. Tangis dan kesedihanmu itu, membuat hatiku terasa teriris sembilu. Cobalah engkau tengok kanan kiri : tidakkah kau saksikan, betapa banyak orang yang juga sedang mendapat cobaan ? dan betapa banyak orang yang sedang tertimpa bencana ? Coba kau ketuk pintu setiap rumah yang ada di jagad ini, niscaya di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata.
Begitu banyak penderitaan yang terjadi, dan tidak kalah banyak juga, orang-orang yang sabar menghadapinya. Karena itu, sadarlah anakku ! bahwa engkau bukan satu-satunya insan yang mendapat cobaan. Bahkan, bukan tidak mungkin, deritamu tak seberapa di banding dengan cobaan orang lain. Tahukah engkau anakku, begitu banyak di dunia ini, orang yang tergeletak di atas ranjang, bertahun-tahun, dan hanya membolak-balik badan, lalu merintih menahan pedih, menjerit menahan sakit ?
Berapa banyak orang yang dipenjara selama bertahun-tahun tanpa pernah dapat melihat cahaya mentari sekalipun; yang dikenal hanya jeruji sel-nya. Berapa banyak orang tua yang terpukul karena hilang buah hatinya, baik yang masih belia lucu-lucunya, atau yang telah remaja penuh harapan. Betapa banyak di dunia ini orang yang menderita, mendapat ujian, tertimpa cobaan, belum lagi mereka yang setiap hari menderita karena himpitan hidup !
Anakku, sudah tiba waktumu untuk memandang diri, mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba waktumu untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini merupakan penjara dan tempat kesusahan serta cobaan.
Di pagi hari, istana-istana kehidupan penuh sesak dengan penghuni, namun menjelang senja, istana-istana bisa ambruk menjadi reruntuhan. Mungkin saat ini kekuatan masih prima, badan masih sehat, harta melimpah, dan keturunan banyak jumlahnya. Namun dalam hitungan menit, semuanya bisa berubah, jatuh miskin, kematian datang secara tiba-tiba, perpisahan yang tak bisa dihindarkan dan sakit yang tiba-tiba menyerang.
Buah hatiku, persiapkanlah dirimu menghadap penderitaan. Bandingkan penderitaanmu dengan penderitaan orang-orang disekitar dan orang-orang yang hidup jauh sebelum kau ada, niscaya engkau akan sadar bahwa engkau sebenarnya lebih beruntung dibanding mereka.Bahkan akan kau rasakan, bahwa penderitaanmu, hanyalah duri-duri kecil yang tiada berarti.
Maka panjatkan segala puji kepada Hyang Widhi atas semua kebaikan-Nya itu, bersyukur kepada Gusti Allah atas semua yang diberikan kepadamu, bersabarlah atas semua yang diambil-Nya, dan yakinilah kemuliaan bersama orang-orang menderita di sekitarmu.
Anakku, semoga engkau mampu berdiri tegak di tengah derita dan selalu tabah menghadapi kehidupan ini. Aku akan berdoa untukmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar