Ilmu Ditangan Sang Pendendam

Kalau anda pergi ke Bali, tentu anda pernah melihat baju kaos yang disablon dengan gambar yang menyeramkan. Jika anda iseng bertanya gambar apakah itu ? Sebagian besar pedagang menjawab itu gambar rangda. Berambut putih, botak, taring panjang, lidah menjulur, mata merah membelalak – kreasi yang menyeramkan. Rangda artinya adalah janda, kenapa digambarkan seperti itu ? Berikut kilasan ceritanya.

Pada jaman kerajaan Erlangga, menurut kitab “Cerita Mpu Baradah”, ada seorang gadis bernama Nyi Sadya, cantik jelita tinggal bersama seorang pedagang nasi. Gadis ini tidak memiliki asal-usul yang jelas, akan tetapi Sang Prabu jatuh cinta, terkena panah asmara, dan memboyongnya ke istana. Singkat cerita Nyi Sadya hamil. Pada saat “ngidam”, ia konon meminta 7 jenis hati manusia dari berbagai golongan (wangsa). Karena permintaannya itu, Nyi Sadya diasingkan ke hutan Girah, menjadi seorang janda kembang, dibalut kesepian dan dirundung dendam. Sang janda melahirkan seorang putri yang cantik jelita, Dyah Ratna Manggali.

Ketika dewasa, Sang Dyah Ratna Manggali tak ada yang berani meminangnya, karena ibunya yang menakutkan itu. Sang ibu memiliki kesaktian dari kitab Pragolan yang dipelajarinya. Dan kesaktian yang tumbuh dihati yang penuh dendam, menjadikan ilmu tersebut sebagai bencana. Dendam menyebabkan surut wibawa Prabu Erlangga, sehingga harus menggunakan tipu muslihat untuk mengalahkan Sang Janda. Sang Janda tahu akan takti itu, akan tetapi demi kebahagiaan sang anak, dibiarkannya sang menantu tahu letak kesaktiannya.

Dalam sejarah manusia, ilmu berada di tangan manusia pendendam, akan menimbulkan malapetaka. Si janda kembang dengan dendam dan kesaktian menjadi sosok yang menakutkan. Karena itulah di Bali, sang janda atau rangda, digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan. Kata-kata “rangda” seolah menyihir kita. Ada gambaran yang menakutkan jika menyebut kata “rangda”. Cerita lengkap tentang hal di atas bisa anda baca/saksikan di drama dengan lakon Calon Arang.

---

Rangda dikonotasikan sesuatu yang menyeramkan. Tetapi dibalik itu, tersimpan cerita tentang kemandirian seorang wanita yang tertindas dan disingkirkan. Wanita cantik tadinya lemah dan tertindas, berubah menjadi sosok yang berilmu tinggi, berkarisma, dan mampu membangun “kerajaannya” secara mandiri, dan membuat bergetar sebuah kerajaan besar. Memiliki laskar patriotik yang bersedia menikam tubuhnya sendiri dengan keris seperti yang ditampilkan pada lakon calon arang. Tanpa berfikir dua kali mau melaksanakan perintah Sang Janda. Sang laskar siap mengikuti segala perintah dan keputusannya. Ilmu dan pengaruhnya tetap hidup beratus tahun kemudian dan selalu memberi inspirasi para seniman untuk berkarya.

Tapi sehebat-hebatnya Rangda dari Girah itu, dia tetaplah seorang ibu, yang sangat sayang dengan putrinya. Sang Janda akhirnya mati, berkorban demi putri yang dicintai …

---

Rangda hanyalah sebuah sanepan atau perlambang. Lambang sang lemah yang tertindas dan terpinggirkan mampu menjadi pemimpin karismatik, melalui ilmu pengetahuan. Lambang bagaimana dahsyat efek kerusakan yang disebabkan oleh ilmu ditangan seorang pendendam. Lalu lambang cinta seorang ibu, yang rela berkorban demi anaknya…

Lakon Calon Arang, ternyata berisi perlambang, yang dapat memberi kita pelajaran yang berharga tentang arti kehidupan. Rangda sekarang dijadikan tontonan reguler di Ubud dan Sukawati. Kalau anda menonton pertunjukan, tanpa dibekali tentang sejarah terciptanya tokoh rangda, maka anda tak pernah dapat menarik “mutiara” dibalik cerita dan lakon seru dan menyeramkan itu.

Salam Hormat,

Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: