Krisis Motivasi

Sodara-sodara Sebangsa dan Se Tanah Air,

Beberapa kali dalam tulisan, saya menyinggung tentang adanya krisis pamungkas yakni krisis motivasi. Kita telah melalui krisis ekonomi, dan karena penguasa saat itu ingin menyelesaikan dengan instrumen politik, dan karena tidak berhasil, maka yang tadinya hanya masalah nilai tukar, segera berubah menjadi krisis politik.

Krisis politik yang berlarut-larut tanpa solusi, membuat borok-borok makin bau, ditambah kurangnya kapabilitas dan komitmen para anggota legislatif, mafia peradilan di yudikatif dan ketidak mampuan eksekutif di dalam memenuhi janji-janji yang telah ducapkannya saat pemilu, menyebabkan munculnya krisis legitimasi, yaitu krisis yang bercirikan ketidak percayaan terhadap lembaga-lembaga penyelenggara negara yaitu trias politica – legislatif, yudikatif dan eksekutif.

Setelah krisis legitimasi, akan muncul krisis pamungkas, yakni krisis motivasi - hilangnya semangat dan timbul rasa putus asa dari sebagian besar rakyat Nusantara terhadap tingkah polah para pemimpinnya. Krisis motivasi akan menurunkan produktifitas kerja sub sistem sosio kultural yang diperlukan oleh sub sistem ekonomi, lalu ketidak percayaan terhadap sistem politik, hilangnya kepercayaan terhadap pemuka agama bahkan agama itu sendiri sebagai alat untuk mencapai kebahagian. [Mohon dibaca kembali buku Krisis Legitimasi karangan Jurgen Habermas]

Ciri krisis motivasi ini, dimulai dari keadaan dimana para brahmana, ulama, pendeta, guru dan orang-orang yang mestinya menjadi penjaga gawang sosio kultural mulai menunjukkan ketidak jujuran. Para pengelola pemerintahan mengumbar janji di mulut saja, para sodagar hanya mengeruk keuntungan pribadi tanpa memperhatikan dampak tindakannya terhadap masyarakat banyak. Wong cilik makin tak mengerti tentang keadaannya.

Akibat hilang kebajikan, "umur" manusia makin pendek. Umur pendek menyebabkan makin berkurangnya pengetahuan, akibat kurang pengetahuan maka mereka tak memiliki ke-pradnyan bathin yang baik. Oleh karena itu, sifat tamak dan kikir akan berkuasa. Dunia diliput oleh tamak, murka, mabuk dan nafsu. Manusia dengki terhadap sesama, bahkan ingin mencabut jiwa satu sama lain. Golongan rendah - contohnya preman pasar, bisa menduduki kedudukan tinggi - misalnya sebagai anggota dewan yang terhormat ataupun bupati kepala daerah.

Ulama, penguasa, sodagar dan wong cilik, tak berakhlak dan menjalankan kebajikan yang tidak jujur. Pada umumnya orang-orang yang memposisikan dirinya sebagai ulama, menipu penganut penganutnya dengan menyebarkan apa yang dikatakan “kebajikan”. Akibat dari pada hilangnya kebajikan, umur manusia menjadi pendek. Akibat umur pendek maka manusia tak mempunya pengetahuan yang cukup. Akibat kurang pengetahuan, mereka tidak punya kepradnyan. Oleh karena itu maka sifat tamak dan kikir berkuasa. Diliputi rasa tamak, murka, mabuk dan bernafsu, manusia dengki terhadap sesama manusia dan ingin jiwanya satu sama lain. Golongan yang rendah terangkat dan menduduki kedudukan yang tinggi, yang tinggi turun sampai ke tingkat yang rendah.

Menjelang jaman krisis ini orang menganggap bahwa istrinya adalah satu-satunya kawan. Kepercayaan manusia terhadap Tuhan hanya dimulut saja, bahkan banyak yang berpikiran menjadi pencuri. Orang-orang mencari kepuasan atas milik orang lain. Ayah mencari kesenangan atas milik anaknya dan sebaliknya si anak mencari kesenangan atas milik orang tuannya. Hal atau barang-barang yang disenangi itu adalah yang terlarang menurut sastra-agama.

Brahmana tak menjalankan kegiatan pemujaan dan keagamaan. Dan karena pengetahuan budinya dipengaruhi oleh kepalsuan, mereka mengarahkan kegiatannya kepada apa yang bersifat hina. Putera telah ”membunuh” orang tuanya, orang tua telah ”membunuh” puteranya, itu semua tak dipandang sebagai suatu yang durhaka.

Tak seorangpun mau meminang anak gadis untuk menjadi istrinya, dan tidak seorangpun mau memberikan anak gadisnya untuk maksud itu, tetap si gadis itu sendirilah memilih bakal suaminya. Raja di dunia berjiwa pemabuk, dan tidak puas atas apa yang telah dimilikinya, pada jaman itu, merampas harta benda rakyatnya dengan berbagai-bagai cara dan kekuatan.

Tangan kanan menipu tangan kiri, dan tangan kiri menipu tangan kanannya. Orang tua mengkhianati orang muda yang belum mempunya pengertian, dan orang-orang muda menghianati orang tua. Para pengecut memperoleh jasa seperti orang yang gagah berani, orang gagah berani memperoleh penghinaan seperti orang pengecut. Orang-orang sama tidak mempercayai diri satu sama lain. Dosa dan pengkhianatan tumbuh subur, sebaliknya kebajian pudar dan tidak berkembang lagi.

Golongan brahmana dan ksatriya lenyap tiada berbekas. Semua orang merupakan anggota golongan kasta umum yang tiada mengenal perbedaan macam apapun. Orang tua tidak mengampuni puteranya, dan putera tidak mengampuni orang tuanya, isteri tak meladeni suami. Manusia mencari negeri dimana gandum dan jewawut menjadi makanan pokok.

Lelaki dan wanita bebas sekali dalam tabiat kelakuannya, dan dalam perbuatan yang satu kepada yang lain tidak suka saling mengalah. Orang-orang tidak lagi memberikan kepuasan kepada para dewa dan melakukan persembahan. Tidak seorangpun suka menghiraukan kata-kata orang lain, dan tidak seorangpun menganggap dirinya sebagai guru dari orang lain. Intelektualisme gelap menyelubungi seluruh dunia. Pada usia muda, mautpun sudah menghadang. Wanita berumur muda sudah beranak dan pria yang baru akil balik telah menjadi bapak. Isteri tak puas dengan suaminya, dan suami tidak puas dengan istrinya. Milik orang tidak bisa bertambah banyak.

Orang-orang yang menjalankan agama dengan kepalsuan. Iri hati dan kebencian meraja lela. Tak seorangpun suka bersedekah / beramal kepada orang lain. Penduduk dunia mengalami kesengsaraan akibat kekurangan dan kelaparan. Jalan-jalan raya dipadati oleh laki-laki dan perempuan-perempuan yang sangat bernafsu dan jahat. Sebagian besar orang berbudi pekerti rendah, kasar dalam perbuatan serta faseh dalam mengatakan keburukan orang lain.

Orang-orang tanpa sesal menghancurkan hutan-hutan dan taman-taman. Dan terhadap makna kehidupan orang-orang merasa cemas. Dikuasai oleh hatinya yang loba, orang-orang tega membunuh orang lain, dan merampas harta benda korbannya itu. Para brahmana yang ditindas oleh sudra dicekam rasa takut dan hanya bisa mengeluh. Mereka menjelajahi dunia, namun tiada seorangpun yang memberi perlindungan.

Tertindas oleh pemerintahan yang buruk, dan diperas oleh pengenaan pajak yang berat, para pemuka brahmana di dalam jaman yang dahsyat itu hilang kesabarannya, lalu berbuat yang tidak utama, bahkan menjadi hamba-hamba sahaya Sudra. Sudra menguraikan isi Kitab Suci dan Brahmana-brahmana mendengarkannya, dan menetapkan jalan kewajibannya sesuai dengan tafsiran penunjuk jalannya itu. Orang rendah menjadi orang-orang tinggi, dan perjalanan hidup nampaknya terbalik. Mereka tidak lagi menyembah dewa-dewa, yang disembah adalah tulang-tulang dan lain-lain jimat di dalam tembok. Sudra tidak lagi mengabdi pada Rsi-rsi agung, di sekolah-sekolah dan tempat-tempat di mana para Brahmana memberikan kuliah dan tempat-tempat suci bagi Dewa-Dewa dan pada sumber-sumber mata air suci, penuh berisi makam-makam dan tembok-tembok yang menyimpan jimat tulang-tulang, bukannya berdiri pura-pura yang diperuntukkan bagi para Dewa.

Krisis Motivasi akan berakhir jika, bunga keluar dari bunga, dan buah keluar dari buah. Pada saat mendung di angkasa tidak menjatuhkan hujan tepat pada musimnya. Aturan upacara tidak dipatuhi lagi, dan sudra bersengketa dengan Brahmana. Karena tekanan hidup yang berat itu, orang-orang pada lari kehutan-hutan dan hidup dari buah-buahan dan umbi-umbian. Murid-murid tidak mentaati perintah gurunya, bahkan murid-murid membencanai dan tidak menghormati guru-gurunya lagi. Orang-orang hanya menjalankan tugas kekeluargaan semata-samata untuk memperoleh kemakmuran dan mendapatkan harta milik orang lain.

Dalam masa berakhirnya krisis itu, semua orang merasa kekurangan. Pada kaki langit tampak cahaya, tapi semua bintang dan kumpulan bintang-bintang tidak bercahaya lagi. Angin berhembus sangat kencangnya dan banyak meteor jatuh dari langit, itu adalah alamat buruk. Matahari terbit bagaikan bersama dengan matahari yang lain. Mulai dari terbitnya sampai dengan terbenamnya, matahari di telan Kala Rahu. Dan dewa Indera menjatuhkan hujan tidak cocok pada musimnya, tanaman padi tidak mau tumbuh subur berlimpah-limpah. Wanita-wanita senantiasa mengucapkan kata-kata tajam, tidak menaruh belas kasihan tapi mudah menangis.

Api berkobar dari semua arah. Orang-orang yang bepergian tidak berhasil mendapatkan makan minum dan perlindungan, meskipun mereka mencari dan memintanya. Mereka terlantar di tepi-tepi jalan mengulang-ulang kembali permohonannya itu. Burung-burung gagak, ular dan burung-burung nasar, burung rajawali dan lain-lain binatang, dan burung-burung berbunyi, suaranya mengerikan. Orang-orang membuang dan melalaikan sahabat dan keluarganya, dan bujang-bujangnya. Orang-orang minggat dari negeri dan kota tempat kedudukannya, mereka mencari tempat yang baru di satu dan lain tempat. Apabila keadaan jaman yang dahsyat itu lampau, maka Sang Pencipta membangun dunia baru.

Kapan Mulai Jaman Baru ?

Terjadi manakala matahari, bulan dan bintang berada dalam susunan "tertentu", masuk pada tanda yang sama, maka jaman ini akan berakhir digantikan oleh jaman kemakmuran. Karena takdir, maka seorang “Brahmana” akan lahir didunia. Beliau memuja “Hyang Wisnu” dan mempunyai kekuatan besar serta pengetahuan tinggi dan gagah berani. Beliau akan lahir di suatu kota, dalam keluarga Brahmana yang suci. Segala barang perlengkapan, segera ada pada beliau untuk dipergunakan, begitu terlintas dalam pikiran. Dan beliau akan menjadi raja dari para raja-raja, dan selamanya jaya berkat kekuatan kebajikannya. Beliau membangun dunia kembali dengan menertibkan kembali sasana-sasana dan mewujudkan perdamaian dunia yang berpenduduk padat.

Setelah para pencuri dan penyamun di musnahkan, Brahmana ini akan melakukan upacara untuk menyerah-terimakan dunia yang telah dibangun kembali, kepada brahmana-brahmana lain. Sesudah itu beliau masuk ke dalam hutan, dan semua orang di bumi meniru perbuatannya itu. Dan setelah brahmana-brahmana memusnahkan para pencuri dan penyamun, maka tersedialah kekayaan yang melimpah ruah di bumi. Kemudian setelah dunia memperoleh pemerintahan yang baik, Sang Brahmana setelah menanggalkan pakainnya yang terbuat dari kulit rusa, tombak dan trisula, akan kembali menjelajahi dunia, diiringi oleh para Brahmana yang utama dan hormat pada beliau, sambil membunuh para maling dan penyamun. Manakala dosa-dosa dengan demikian dibersihkan serta kebajikan menghiasi budi orang, maka dimulailah jaman baru yaitu Jaman Keemasan tanah Nusantara.

Disarikan, diinterpretasikan dan disusun kembali dengan mengambil inspirasi dari dari Bab Wanaparwa, Mahabaratha, serta diramu dari berbagai sumber lainnya.

Oleh Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: