Manajemen Strategik

Manajemen Strategik magnify

Kepemimpinan strategik merupakan suatu elemen kunci yang efektif dalam manajemen strategik. Pemimpin-pemimpin di tanah Nusantara, baik presiden ataupun kepala daerah, pemimpin perusahaan ataupun kepala keluarga, sudah seharusnya memfokuskan seluruh potensi pada arah strategik yang dicita-citakan. Atau untuk para orang-orang yang meraih kekuasaan melalui kampanye, maka anda harus dapat memenuhi janji yang telah diucapkan, karena pada hakikatnya, orang suci bersabda, ”janji adalah hutang”.

Apakah ada sumbangsih budaya nusantara di bidang manajemen strategik ini ? Ada sebuah tembang Gambuh di Serat Wedhatama yang berbunyi :

Ruktine ngangkah ngukut,
Ngiket ngruket triloka kakukut,
Jagad agung ginulung lan jagad alit,
Den kendel kumandel kulup,
Mring kilaping alam kono

Untuk mencapai gemerlap atau ’kilap’ alam masa depan yang cita-citakan, maka diperlukan suatu penjelasan (ruktine) atau persiapan. Penjelasan tentang ’apa’ tujuan yang ingin dicapai (ngangkah). Lalu sang pemimpin harus tahu cara, aktifitas atau peta strategi untuk mencapai apa yang dicita-citakan (ngukut). Setelah jelas ’apa’ yang ingin diraih dan peta strategi untuk mencapainya, berikutnya adalah ngiket.

Ngiket adalah mengikat. Sosialisasi ke setiap pihak yang akan dilibatkan untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin harus mampu, mengkomunikasikan tujuan dan cara untuk mencapainya kepada seluruh pihak yang akan terkena dampak atas keputusannya (stakeholder). Tentu isi dari sosialisasi ini disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya (swadharma). Dengan sosialisasi ini, diharapkan seluruh stakeholder memiliki semangat yang sama persepsi yang sama tentang tujuan yang ditetapkan serta tahu cara mencapainya. Dengan sosialisasi dan kesepahaman, maka akan terjadi ikatan untuk bekerja keras bersama untuk mencapai tujuan.

Sehingga semangat ”bersama kita bisa” benar-benar dipahami oleh setiap elemen, sesuai dengan tujuan dan peta strategi yang ditetapkan oleh pemimpin. Tanpa adanya formulasi strategi yang didapat dari ’ngangkah’ lalu dilanjutkan dengan peta strategi untuk mencapai tujuan yang diformulasikan itu, maka slogan ”bersama kita bisa” hanyalah slogan kosong, yang indah diucapkan saat kampanye tapi membingungkan saat ingin dilaksanakan oleh seluruh aparat negara.

Ngruket dapat diartikan sebagai usaha keras untuk mencapai sesuatu. Kalau sudah tahu apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mencapainya, serta tersosialisasi sehingga setiap pihak yang terlibat menjadi ’terikat’ akan komitmen bersama, maka sumber daya (tri loka) untuk mencapai tujuan akan lebih mudah dikumpulkan (kakukut). Tri loka secara umum dapat diartikan sebagai jnana – know how, wirya – kendali dan artha atau resources / sumber daya fisik.

Jagad agung ginulung lan jagad alit, artinya sebelum suatu rencana dilaksanakan maka harus dibuat model atau prototype terlebih dahulu. Model untuk deliverables / produk fisik / non fisik dan peta strategi untuk menyelesaikan produk/produk tersebut. Sama seperti seorang pimpinan proyek gedung berlantai 10, dia meng’gulung jagad agung’ gedung itu menjadi ’jagad alit’ suatu detail engineering design atau maket gedung. Atau seorang network engineer yang harus menyusun ’jagad alit’ berupa topology dari network yang akan diaplikasikan untuk cabang-cabang di seluruh Nusantara ’jagad agung’. Jagad agung digulung kedalam selembar kertas rencana. Jagad agung ginulung lan jagad alit.

Langkah-langkah di atas, adalah suatu usaha “mental creation”, karena sesungguhnya, seluruh apa yang ada di dunia ini diciptakan dua kali, yaitu ”mental creation” dan ”physical creation”. Hasil ”mental creation” ini dituang dalam suatu dokumen yang berisi tentang lingkup, jadwal pelaksanaan dan sumber daya yang diperlukan. Dalam tatanan kenegaraan, dokumen seperti ini, dikenal sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara yang dipecah lagi setiap lima tahun menjadi dokumen Repelita. Dokumen harus dilandasi semangat untuk ”menulis apa yang akan dikerjakan”. Dan dalam istilah teknis disebut program / project planning document.

Den kendel-kumandel kulup, jika engkau memiliki keberanian dan kekuatan hati untuk mencapai tujuan itu, maka niscaya gemerlap alam masa depan yang engkau cita-citakan, pastilah dapat engkau capai. Bait-bait ini menyatakan bahwa, seorang pemimpin tidak boleh berhenti atau puas dengan selesainya rencana – tidak hanya puas dengan – menulis apa yang akan dikerjakan. Untuk mencapai visi, misi yang ditetapkan maka diperlukan keberanian dan keteguhan hati untuk melaksanakan dan memantau rencana yang disusun atau program execution. Mengerjakan apa yang telah ditulis. Keberanian dan keteguhan untuk menciptakan sesuatu dan melaksanakan proses yang diperlukan – physical creation. Serta kesadaran untuk tetap ’waspada’ karena hidup ini penuh ketidak pastian atau involve uncertainty.

Kalau kita ringkas tembang Gambuh dari Serat Wedhatama di atas, maka langkah-langkah di atas, terdiri dari kegiatan strategic formulation – untuk menetapkan tujuan, lalu strategic planning untuk menyusun peta strategi pencapaian tujuan, lalu programming yaitu penyusunan program kerja yang berisi informasi tentang apa yang dilakukan dan jadwal pelaksanaan. Lalu mengumpulkan sumber daya (budgeting) yang dibutuhkan untuksetiap program kerja yang dikaitkan dengan biaya untuk pengadaan jnana-know how, artha – sumber daya fisik dan wirya atau kekuasaan untuk mengendalikan, sehingga program kerja dapat menghasilkan sesuatu seperti yang dikehendaki.

Lalu setelah itu diperlukan keberanian dan keteguhan dalam menghadapi setiap rintangan yang ada, dan memonitor setiap resiko yang muncul (Monitoring). Karena pada prinsipnya hidup ini penuh ketidak pastian – involve uncertainty, seorang pemimpin harus mampu menghitung berbagai resiko yang muncul, dalam usaha untuk mencapai tujuan. Identifikasi berbagai resiko, analisa kualitatif, analisa kuantitatif, susun rencana tanggap darurat, dan selalu memonitor resiko baru yang mungkin terjadi.

Dengan menghayati tembang Gambuh yang diambil dari Serat Wedhatama itu, anda dapat juga menyusun perencanaan strategis, tidak kalah dengan metoda-metoda para pemikir-pemikir Barat. Walau sederhana, khazanah budaya nusantara, kalau dihayati dengan kesungguhan hati, ternyata dapat menyumbangkan ’sesuatu’ di bidang ilmu modern.

Mari tegakkan kembali jati diri kita, sebagai bangsa besar yang pernah berjaya, di tlatah tanah Nusantara. Jadi kenapa harus tidak percaya dengan diri sendiri ?

Semoga uraian gathak-gathik-gathuk ini bermanfaat.

Salam Hormat



Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: