Nayapraja “Butho Cakil” Sontoloyo

Nayapraja “Butho Cakil” Sontoloyo magnify

Dalam beberapa artikel, berulang kali saya mengulas tentang Brahmana, Ksatria dan Wesya, pembagian profesi di masyarakat yang dimaksudkan untuk menghindari cross function, rangkap jabatan, conflict of interest. Dapatkah anda bayangkan kalau seorang nayapraja pembantu raja, merangkap kerja jadi sodagar ? Maka tidak urung, keadilan akan sirna. Kegoblokan dalam berbisnis, ditutupi oleh kekuasaan sehingga goblokpun bisa memenangkan tender banyak mega proyek. Salah satu contoh, Ksatria merangkap wesya adalah Si Nayapraja ”Bhuto Cakil” Sontoloyo, yang benar-benar memanfaatkan posisinya untuk mengeruk keuntungan sodagar wesya dari jabatan tingginya sebagai ksatria pembantu raja. Dengan demikian, perusahan keropos, akibat goblok dan sontoloyonya mengelola bisnis keluarganya dulu, bisa berbalik untung dalam sekejap setelah jadi nayapraja.

Perusahaan rapuh, bobrok dan rugi, langsung melejit untung, setelah si nayaproja sontoloyo mengkoordinir perekonomian bangsa. Perusahaan yang tadinya megap-megap, langsung tegak membusungkan dada, menyabet proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur. Bekerja sama dengan wakil raja sontoloyo, walau sudah ketahuan belang kagak bisa ngurus perekonomian negara, tetap dipertahankan untuk mengurus agar rakyat jadi sejahtera. Raja dan wakilnya memang sontoloyo, walau nayapraja goblok nir prestasi, tetapi dia pintar dalam trick-trick menggangsir kas negara, menjarah dengan serakah berbagai mega proyek pemerintah, sehingga terkumpul setoran untuk pundi-pundi pribadi, yang nanti digunakan meraih kekuasaan lagi. Dengan demikian, sesuai perhitungan sodagar, Return On Investment yang ditanamkan saat pemilu yang lalu, menjadi tinggi, karena keuntungan yang berlipat, setelah jadi nayapraja keparat.

Apatah alam diam melihat tingkah polah rombongan nayapraja sontoloyo ini ? Tentu TIDAK SODARAKU.

HAI nayapraja sontoloyo, kuperingatkan sekali lagi kepadamu : INGATLAH, PARO PAKARAH PUNYAYA, PAPAYA PARA PIDANAM. Barangsiapa berbuat baik akan mendapat pahala, tapi JIKA BERBUAT PAPA NISTA akan mendapat PIDANA. Secanggih apapun rekayasa dalam menipu rakyat jelata, ALAM akan mengejar, walau KAU sembunyi dipojok semesta.

Lapindo Brantas, anak perusahaan Energi Mega Persada, yang ada di ketiak Nayapraja ”Bhuto Cakil” Sontoloyo ini, sekarang terkena getahnya. Danyang tanah jawa sudah muak dengan ulah si Bhuto Cakil, disemburkanlah gelimang lumpur dosa, akibat khianat Bhuto Cakil kepada rakyat. Rakyat jelata akan terbuka mata, dibalik Lapindo Brantas adalah Bhuto Cakil, si Nayapraja Sontoloyo, yang mestinya membuat rakyat sejahtera, tapi yang dia kerjakan adalah membuat rakyat jelata makin menderita. Keserakahan dapat balasan. Kesalahan ada tebusan. Dosa papa nista akan mendapatkan derita. Bhota Cakil - Nayapraja sontoloyo harus sudah mendapatkan teguran keras, karena dia tak mengenal kata tobat.

Tobat atau taubat adalah makna yang terdiri dari tiga hal secara berturutan, yaitu (1) pengetahuan dan kesadaran (’ilm), (2) kondisi hati (hal) dan (3) tindakan (fi’l). Jadi yang pertama, dilakukan oleh alam adalah memberi peringatan dan kesadaran kepada Si Nayapraja ”Butho Cakil” Sontoloyo khususnya, dan secara umum kepada seluruh antek-antek Si Ban Serep yang terlalu banyak omong, yang menjepit Sang Raja Plintat-Plintut. Dengan demikian diharapkan, muncul kondisi hati yang menyesal sedalam-dalamnya, dan yang terakhir, agar melakukan tindakan segera untuk mengurungkan rencananya, mengeruk lebih banyak kekayaan bangsa, demi keuntungan pribadi. Butho Cakil Nayapraja Sontoloyo beserta rombonganya, ibarat serigala berbulu domba, seolah dekat dengan rakyat tapi tabiatnya bagai pagar maken tanaman.

Terimakasih danyang tanah jawa, Ki Buthalocaya dari Kadiri, Ki Logenjang di Juwana, Ki Bajulbali di Rembang, Ki Lender dari Wirasaba, dan Ki Batugrigis dari Madura, apakah engkau telah menyemburkan lumpur itu?. Semoga dengan kasus Lapindo Brantas, Si Nayapraja ”Butho Cakil” Sontoloyo, segera TOBAT, dan mengurungkan segala rencana khianat dan jahat. Sungguh sulit membikin tobat raja pengkhianat, yang dikepung ketat oleh pejabat nekat nan bejat.

Segala peringatan ini, jadi pelajaran bagi seluruh rakyat Nusantara, akan kekuatan Hukum Karma - Paro Pakarah Punyaya Papaya Para Pidanam. Sehingga mempertebal keyakinan kita bahwa Gusti Allah selalu memantau isi jagad raya dan seisinya.

Salam Hormat,

Ki Jero Martani

Tidak ada komentar: