Reinkarnasi (Bagian Pertama)

Reinkarnasi (Bagian Pertama) magnify
Reinkarnasi Dalam Pemikiran Teosofi (Bagian Pertama)
oleh : A. Samsu Triadi (*)
======================

Apakah Reinkarnasi itu ada ?

Dalam suatu pertemuan antar warga katolik di suatu lingkungan, yang lebih umum
dikenal dengan pertemuan kring, muncul suatu pertanyaan dari salah satu warga:
" Apakah re-inkarnasi itu ada ? ¨

Untuk mengatahui pendapat dari para warga lain, pertanyaan ini dikembalikan
kepada para hadirin: "Menurut pendapat saudara apakah re-inkarnasi itu ada ?"

Sebagian berpendapat ada, sebagian lagi berpendapat tidak. Bagaimana menurut
pendapat saudara pembaca ?

Sepertinya pertanyaan semacam ini akan sulit dijawab bila kita tidak siap
dengan bahan yang berhubungan dengan persoalan tersebut. Untuk memberi sekedar
ilustrasi tentang persoalan yang dipertanyakan itu, marilah kita membaca apa
yang dialami oleh seorang gadis India yang bernama Shanti Dewi.


Shanti Dewi lahir di Delhi pada tahun 1926. Ketika ia berumur 3 tahun, dia
mulai berkata-kata tentang kehidupannya yang lalu. Dia mengatakan bahwa dulu dia
tinggal di Mathura, 80 mil (kira2 130 km) dari Delhi, dan dia lahir pada tahun 1902
dari kasta Choban. Dia menikah dengan seorang pedagang kain yang bernama Kedar
Nath Chaubey. Pada waktu melahirkan anaknya yang kedua, seorang anak laki-laki,
ia meninggal 10 hari setelah kelahiran anak tersebut.

Karena kata-katanya, pada waktu itu kebanyakan orang di sekitarnya menganggap
gadis cilik itu kurang waras. Akan tetapi, walaupun hampir semua orang di
lingkungannya menganggap Shanti Dewi seorang gadis cilik kurang waras, toh orang
tuanya masih menyempatkan diri untuk mencari tahu tentang orang yang mempunyai
hubungan keluarga dengan Kedar Nath Chaubey di Mathura.

Ketika Shanti Dewi berumur 9 tahun, tahun 1935, orang tuanya menulis surat ke
orang tersebut, untuk menanyakan apakah ada orang yang bernama Kedar Nath
Chaubey, yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang kain, dan isterinya meninggal
10 hari setelah melahirkan seorang anak laki-laki, seperti yang sering
diceriterakan oleh anaknya. Kenalan itu menjawab suratnya dengan membenarkan
semua hal yang ditanyakannya. Kemudian keluarga dari suaminya mengirimkan
seorang paman (dari kehidupan yang lalu) dari Shanti Dewi, dan Shanti Dewi
segera mengenali dan memeluknya ketika dia datang. Kemudian, tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, suami dan puteranya (dari kehidupan yang lalu) datang ke Delhi
untuk menemui Shanti Dewi, Shanti Dewi segera mengenali mereka.

Pada tahun berikutnya, tahun 1936, dibentuk suatu komite untuk mencatat apa
yang akan terjadi bila Shanti Dewi dibawa ke rumah (yang sering dikatakan oleh
gadis cilik ini sebagai rumah di kehidupannya yang lalu) di Mathura. Mereka ke
Mathura dengan kereta api.

Begitu kereta berhenti di stasiun Mathura, Shanti Dewi segera mengenali salah
seorang kerabatnya, walaupun yang bersangkutan berada diantara kerumunan banyak
orang. Dia menggunakan bahasa daerah di tempat tersebut, walaupun dia belum
pernah ke sana. Kemudian dia dinaikkan ke sebuah kereta kuda (dokar), dan
kusirnya diinstruksikan untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh Shanti Dewi. Dia
kelihatan sangat hapal dengan jalan-jalan di kota itu, walaupun itu adalah
pertama kali dia datang ke Mathura, dan dia memberi petunjuk kepada kusir untuk
menuju rumah Kedar Nath Chaubey. Rumah itu telah dicat dengan cat yang baru,
akan tetapi dia dengan mudah dapat mengenalinya. Didekat rumah itu ada seorang
Brahmana tua, dan dia mengenalinya sebagai mertuanya.

Waktu memasuki rumah, Shanti Dewi ditanya tentang susunan ruang, kloset, dan
lain-lainnya. Dan semuanya dijawab dengan tepat. Kemudian dia pergi ke rumah
sebelah, yang merupakan rumah dari orang tuanya (dari kehidupannya yang lalu),
dan mengenali orang tuanya, walaupun waktu itu orang tuanya berada dikerumunan
sekitar 50 orang. Setelah itu, dia mengatakan bahwa dia pernah menyimpan uang di
salah satu sudut dari rumah kerabatnya di dekat rumah itu. Komite menggali di
lokasi yang disebutkan oleh gadis cilik itu, akan tetapi mereka tidak menemukan
apa-apa. Shanti Dewi tetap berkukuh, bahwa dia telah menyimpan sejumlah uang
ditempat itu. Akhirnya Kedar Nath Chaubey mengaku, bahwa dia telah mengambil dan
memindahkan uang tersebut.

Emosinya yang dalam pada setiap pertemuan dengan orang yang disayanginya,
merupakan suatu persembahan yang menyentuh terhadap kesetiaan jiwa yang tak
kunjung padam kepada dirinya sendiri. Akan tetapi, derita dari hidup di dua
kehidupan pada saat yang sama adalah sangat sulit untuk dipikulnya. Oleh karena
itu, kebanyakan dari kita oleh ¡§Aturan Besar yang Berbelas Kasihan¡¨, telah
ditutup masa lalunya, dengan demikian kita hanya menjalani hidup untuk tiap
episode kehidupan sekarang.


Ada banyak kasus yang sama dengan kejadian ini, dan beberapa dari padanya
telah diteliti oleh para ahli. Semua kejadian itu dicatat dalam buku yang
diterbitkan oleh ahli-ahli tersebut. Salah satu hasil kerja yang ditulis oleh
Dr. Stevenson, seorang professor psychology dari Universitas Virginia, Amerika
Serikat, mencakup laporan-laporan tentang peristiwa-peristiwa seperti yang
dialami oleh Shanti Dewi. Dia menyelidiki 1600 kasus semacam itu di Inggris,
Eropa, Amerika, dan Timur Jauh (Asia Timur). Dalam semua kasus ini, anak-anak
mengatakan bahwa mereka masih mengingat kejadian-kejadian khusus dari
kehidupannya di masa lalu. Dengan pertolongan suatu jaringan informan dibanyak
Negara, dia mendapatkan kesimpulan bahwa 90 % dari kasus-kasus semacam ini
adalah betul dan sesuai dengan kenyataan ceritanya (historical fact). Dia
menemukan bahwa anak-anak semacam ini, yang berumur antara 2 sampai dengan 4
tahun, mulai berceritera kepada orang tuanya bahwa mereka pernah hidup
sebelum kehidupannya yang sekarang.

Dr. Stevenson mengatakan:
¡§Seorang anak yang mengatakan bahwa mereka pernah hidup pada kehidupan
sebelumnya, biasanya meminta untuk diantarkan ke tempat dimana dia pernah hidup
pada masa (lalu) itu. Untuk alasan ini dan untuk memenuhi keinginan tahu mereka,
orang tuanya biasanya hampir selalu mencoba untuk mencari kerabat (dari
kehidupan dimasa lalu). dari anak-anak tersebut¡¨

"Apabila anak-anak itu di beritahu tentang semua data-data yang
dikehendakinya, terutama tentang identitas nama-nama dari kerabatnya,
pencaharian hampir selalu membuahkan hasil, -- apa yang dinyatakan oleh
anak-anak itu biasanya 90 % tepat."
"Dalam kasus umum semacam ini, apa yang diungkapkan oleh anak-anak tentang
kehidupannya yang lalu, mencapai jumlah dan kejelasan yang tertinggi pada usia
antara 3 sampai dengan 5 tahun. Setelah itu, dalam banyak kasus, ingatannya
terhadap kehidupan sebelumnya, secara bertahap menjadi pudar."

Dengan data-data dan hasil-hasil penelitian semacam ini, tentunya para pembaca
dipersilakan untuk merenung dan mengkaji sendiri, berdasarkan pengalaman dan
pemahaman masing-masing tentang apa yang dapat dimengerti dalam hidupnya. Sebab
re-inkarnasi ini sepertinya sangat erat hubungannya dengan apa yang ditanyakan
oleh murid-murid Yesus (Yohanes pasal 9 ayat 1-2): 1 Waktu Yesus sedang lewat,
Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 2Murid-murid Nya bertanya
kepadanya:¡¨Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang
tuanya, sehingga ia dilahirkan buta ?¡¨

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa pada masa itu pengertian tentang adanya
kehidupan yang lalu sebelum kehidupan sekarang ¡§masih¡¨ dimengerti orang.
Sebab, bila ia buta sejak lahir, maka kapan ia telah berbuat dosa bila bukan
pada kehidupan sebelumnya ?

Sebelum mengakhiri pembahasan ini marilah kita mencoba merenung mengenai
persoalan hidup ini:
"Mengapa si A lebih kaya dari si B ?"
"Kenapa si C sangat kuat sedangkan si D sangat lemah ?"
"Kenapa si E sering sakit-sakitan, sedangkan si F sangat sehat?" dan
seterusnya!
Apakah Tuhan demikian tidak adil, sehingga menciptakan beberapa macam menusia
dengan kondisi yang berbeda-beda ?


Atau mungkin pada awal mulanya semua sama, tingkat dan derajatnya, sama
kemam-puan dan keadaannya, sama taraf dan kondisinya, dan perbedaan baru timbul
karena hasil perbuatan dari kita masing-masing ? Dari hasil perbuatan-perbuatan
kita dari rentetan kehidupan-kehidupan sebelumnya ?


St. Paulus pernah berkata: "Apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai !"


(*) A. Samsu Trihadi Ir. adalah wiraswastawan yang aktif di berbagai
organisasi spiritual seperti The Theosophical Society, SuMa Ching Hai Centre dan
Bhajan Sai Baba di Bandung. Beliau juga aktif sebagai Yoga Trainer dan Spiritual
Healer.


"Keep me away from the wisdom which does not cry, the philosophy which does not
laugh and the greatness which does not bow before children."

- Kahlil Gibran -

Tidak ada komentar: